Surabaya (Jatimsmart. Id) – Tantangan Gig Economy (sistem tenaga kerja bebas di mana perusahaan hanya mengontrak pekerja independen dalam jangka waktu pendek) tidak bisa dihindari dalam pola bisnis ekonomi saat ini, termasuk di Provinsi Jatim.
Guna menjawab sekaligus menjadi solusi tantangan Gig economy tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki program Millenial Job Center (MJC). MJC ini merupakan salah satu program yang masuk dalam Nawa Bhakti Satya.
Gig ekonomi ini tidak bisa kita hindari. Itu realita. Perusahaan sekarang ini mulai lebih banyak mempekerjakan freelancer. Pekerja independen, yang tidak terikat sebagai karyawan. Menjawab Gig Economy dengan MJC, menjawab realita hari ini dan masa depan, kata Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat menjadi narasumber di M Radio FM, Jalan Ngagel Madya Surabaya.
Menurut Emil Dardak panggilan akrabnya itu, melalui MJC ini, Pemprov Jatim membidik segmen muda untuk menggenjot perekonomian Jatim. Karena anak muda atau yang disebut generasi millenial dianggap memiliki potensi besar di bidang perekonomian.
MJC menghadirkan ekonomi kreatif dengan konsep lebih inklusif. Baik secara desain maupun segmen. Selain itu, lanjut Emil, juga menjembatani peluang freelancer atau calon talenta yang memiliki pengalaman.
“MJC menyiapkan talent, mentor dan klien menyambut Gig economy global,” ujar Mantan Bupati Trenggalek itu.
Lebih lanjut disampaikan Emil, dalam MJC, para Gig workers tidak hanya akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan klien, mereka juga akan mendapatkan pelatihan hingga mentorship. Sehingga diharapkan dapat tercipta pula karakteristik seorang wirausahawan yang tangguh dan tangkas.
Sekarang ini, semua bisa diserahkan pada ahlinya. Mereka bakat desain, bisa mengerjakan desain. Nah dengan MJC, yang bisa desain akan diarahkan oleh mentornya dan dipertemukan dengan client. Karena semangat merah putih, para mentor ini membimbing talenta-talenta ini, jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Emil mengingatkan, di era digital saat ini, paham digital itu penting. Tetapi tetap saat ini juga membutuhkan tenaga-tenaga yang jago dalam teknis.
Kalau digital dimajukan terus, teknisnya tidak diperhatikan ya akan susah hasilnya. Begitu juga sebaliknya kalau terlalu teknis terus, akan ketinggalan dengan dunia digital, pungkasnya. (*)