Surabaya (Jatimsmart.id) – Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) virus corona, pada Jumat (13/3). Ini merespon adanya seorang pasien di RSUD dr Moewardi yang meninggal dunia karena corona.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat Jawa Timur tetap tenang, setelah diketahui pasien tersebut merupakan warga Magetan, Jawa Timur. Khofifah meminta masyarakat tidak panik berlebihan.
“Tetap wapada, tapi tidak perlu panik berlebihan. Kami terus memonitor perkembangan situasi virus corona khususnya di Jawa Timur,” kata Khofifah.
Khofifah mengatakan, saat ini Pemprov Jawa Timur terus berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Tengah dan Kementerian Kesehatan. Pemerintah sendiri masih menelusuri pasien yang meninggal di Solo tersebut masuk dalam cluster mana.
“Lagi (ditelusuri-red), termasuk riwayat perjalanan dan dengan siapa saja pasien tersebut berinteraksi,” imbuhnya.
Pemprov Jatim bersama Pemkab Magetan telah mengidentifikasi siapa-siapa yang yang memiliki kontak erat dengan pasien. Langkah opsi isolasi pun sudah dilakukan oleh rumah sakit rujukan sebagai langkah pencegahan.
Namun demikian, Khofifah juga mengimbau kepada siapapun yang merasa pernah berinteraksi dengan pasien tersebut untuk segera memeriksakan dirinya di RS rujukan terdekat .
“Jangan tunda jika mengalami gejala yang terindikasi virus corona yaitu (demam, batuk ) Kami menjamin seluruh pemeriksaan yang dilakukan tidak berbayar,” tegasnya.
Khofifah yakin cara paling efektif dalam pencegahan corona adalah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan cara yang benar, jika batuk ditutup dengan siku juga mengkonsumsi buah-buahan, air putih dan olahraga yang cukup. Maka dari itu, Ia menghimbau kepada seluruh masyarakat Jawa Timur untuk senantisa Melakukan hal tersebut.
“Kedua cara tersebut tidak hanya ampuh dalam mencegah penyebaran virus corona, namun juga virus-virus berbahaya lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) yang juga menjadi momok di setiap musim penghujan,” ujarnya.
Di Jawa Timur sendiri, lanjut Khofifah, kasus DBD telah mencapai angka 2.016 kasus DBD dengan 20 pasien meninggal dunia. Naik dari sebelumnya yang sebanyak 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian pada 10 Maret lalu.
“Kasus demam berdarah paling banyak ada di daerah Trenggalek, kemudian Jember dan Banyuwangi,” pungkasnya. (*)