Kediri – Selain berupaya terhadap penyembuhan gangguan jiwa Wiji Fitria (21), gadis ‘Kanibal’ asal Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, pihak Puskesmas setempat, Pemerintah Desa bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri juga berupaya untuk mengobati luka di tangan Wiji.
Langkah operasi dan amputasi, adalah satu-satunya cara yang harus ditempuh untuk memutus luka itu agar tidak terus merambat. Sayangnya, upaya tersebut ditolak oleh keluarga, hingga saat ini jari-jari dikedua tangan Wiji putus, akibat infeksi atau pembusukan yang dibiarkan.
Saat itu, menurut Dr. Rindang F, Wiji pernah dirujuk ke RSUD Pelem Pare, Kabupaten Kediri untuk menjalani operasi tersebut. Namun, saat Wiji telah berada diruang Operasi, pihak keluarga yakni sang nenek, Jirah menangis dan menolak tindakan medis tersebut.
“Di RSUD Pelem Pare itu sudah diacarakan operasi amputasi, namun pada hari H tiba-tiba keluarganya, mbahnya itu tidak mau,” kata Dr. Rindang F, Plt Kepala Puskesmas Ngadi, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
Sehingga saat itu menurut Dr. Rindang F, pihaknya diminta oleh pihak RSUD Pelem Pare untuk menjemput. Sebab, pihak medis tidak dapat melakukan tindakan operasi tanpa persetujuan pasien maupun pihak keluarga.
Kisah pilu ini dialami setelah ibu dan ayahnya meninggalkanya saat ia beranjak dewasa. Wiji menderita gangguan jiwa dan kerap mengamuk. Tak jarang ia membahayakan tetangga sekitar.
Kini masyarakat menyebutnya ‘Kanibal’ karena aktivitas Wiji yang memakan jari kedua tangannya. Perbuatan itu dilakukan Wiji diluar kesadarannya setahun terakhir. Hingga tanpa disadari, aktivitas itu membuat jarinya membusuk dan putus karena tak ada penanganan serius terhadap luka yang menganga di tangannya. (ydk/sam)
Berita Terkait :