Malang (Jatimsmart.id) – Sambil menikmati kopi, matanya menatap setiap mahasiswa yang datang di Panjava English Garden, Malang. Senyuman kecil kerap muncul dari bibirnya. Keceriaan wajah Abdul tak dapat dielakkan. Ia mengaku sangat senang kafe yang dibuatnya ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi mahasiswa.
“Mulai mengerjakan tugas, ikut kursus Bahasa Inggris, diskusi, minimal ini ruang saya siapkan untuk masyarakat,” ungkapnya.
Sebagai kader muda Muhammadiyah, Abdul memulai jenjang kaderisasi dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Pondok Pesantren Darul Arqam milik Muhammadiyah. Selepas menjadi santri, ia berlayar ke Malang. Dan meneruskan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tepatnya Jurusan Syariah, Fakultas Agama Islam (FAI).
Ia menyelesaikan strata-1 (S1) dengan skripsi berjudul “Pandangan Tokoh Muhammadiyah Jawa timur tentang kebijakan Jilbab di Universitas Muhammadiyah Malang” di Jurusan Syariah FAI UMM pada 2015.
BACA JUGA:
- Launching Webseries English Massive, Motivasi Masyarakat Untuk Tampil Percaya Diri Berbahasa Inggris
- Moeldoko Ingatkan Pentingnya Pelayanan Publik, Minta Pemda Adaptif Hadapi Pandemi
- Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional, Gubernur Khofifah: Syukuri Keragaman Bahasa
Sebagai peneliti, Abdul ingin mendapatkan keragaman pandangan dari tokoh Muhammadiyah tentang kebijakan kampus UMM yang tidak mewajibkan mahasiswinya dalam menggunakan jilbab. Abdul menilai pandangan dari para tokoh yang diabadikan dalam penelitian skripsi ini menjadi khasanah keilmuan untuk lebih bijaksana dalam memandang sebuah hukum dan kebijakan.
Tak sampai pada skripsi, pada 2018 silam, Abdul juga menyelesaikan magister strata-2 (S2) di Prodi Hukum Islam Pascasarjana UMM. Dalam tesisnya, ia ingin mendalami pemikiran intelektual muslim Indonesia yang termasyur, yakni M. Quraish Shihab. Secara spesifik, Abdul memberi judul tesisnya “Perspektif Hukum Islam tentang Kepemimpinan Domestik Perempuan: Studi Pemikiran M. Quraish Shihab.
Saat ini, Abdul memang masih tercatat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri di DPP IMM, ia pernah menginisiasi program kursus bahasa asing untuk mendorong kader-kader IMM. Tujuannya agar kader memiliki kecakapan bahasa dan dapat melanjutkan studi ke janjang yang lebih tinggi di luar maupun dalam negeri dengan program Djasman English Scholarship. Bahkan ia pernah menjadi delegasi organisasi kepemudaan Indonesia dalam Indonesia-China Youth Exchange Program selama dua minggu di negara Tirai Bambu pada tahun 2019.
“Tentu kredo tentang ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin menjadi semangat saya untuk berpatisipasi sebagai kader muda Muhammadiyah yang konsisten membangun pendidikan di Indonesia,” terangnya.
BACA JUGA:
- Jatim Raih Tingkat Pertama Indeks Kinerja Pendidikan Tertinggi di Indonesia
- 33,88% Warga Jatim Telah Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama, Pemprov Prioritaskan Dunia Pendidikan
- Kejar Pendidikan Tatap Muka, 750 Siswa SMKN 3 Kediri Divaksin
Nilai Transformatif Kemandirian Ekonomi sebagai Uswatun Hasanah Kader IMM
Perdebatan antara kajian teoritis dan praktik menjadi kelumrahan dalam dunia kampus. Namun, memerlukan jalan tengah dalam mewujudkan gagasan sebagai tawaran gerakan transformatif, khususnya dalam kemandirian ekonomi.
Abdul Musawir Yahya secara matang memikirkan ini untuk memberikan pandangan alternatif untuk kader IMM. Terbukti, ia telah memulai bisnis sejak di bangku kuliah.
Dalam dunia kewirausahaan, Abdul pernah menjadi direktur Maharaya Indonesia. Ia mengambil risiko ini juga merintis beragam bisnis dan menjadi owner di Super Kamera Malang, Lumeo Audiovisual Malang, Panjava English Garden, Garden Coffee, dan Martabak Satu Juli, dan Penerbit Akar.
Tak hanya sebagai kader kritis IMM, Abdul juga ingin memberikan pesan dalam tindakan nyata. Yakni, membuka berbagai jenis bisnis dan tetap dermawan dalam hal waktu maupun finansial untuk kader yang membutuhkan bantuan.
“Tentu ada pasang surutnya, tapi kita tetap optimis ini bukan hanya misi berdagang, karena ada nilai kemandirian yang telah diajarkan dalam ber-IMM, sehingga perlu bukti dalam perwujudannya,” ungkap Abdul.
Usia yang masih muda, membuat Abdul terus bersemangat untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya. Mengapa demikian? Secara terus terang, Abdul mengaku mempunyai puluhan karyawan yang merupakan diaspora kadernya. Banyaknya kader yang kurang mampu menjadi perhatian khusus Abdul agar puluhan karyawan tersebut tidak putus kuliah.
“Saya ingin mereka tetap bisa meraih mimpinya dengan hasil kerja kerasnya, jadi jangan sampai mereka putus kuliah,” imbuh suami dari Maharina Novia Zahro.
BACA JUGA:
- Sederet Peran Teknologi Bagi Pendidikan Ditengah Pandemi Covid-19
- Terima Stafsus Presiden, Wagub Emil Sampaikan Prioritas Pendidikan Bagi Para Disabilitas di Jatim
- Intensitas Bencana Tinggi, Menko PMK Canangkan Pendidikan Kebencanaan untuk Anak
Dari Narasi Menuju Aksi
Memulai kaderisasi IMM di Malang, Abdul Musawir Yahya tertib menyelam dalam proses belajar di Komisariat Tamaddun FAI UMM sebagai Ketua Bidang Hikmah. Lalu ia melanjutkan ke Pimpinan Cabang IMM periode 2015-2016 menjadi Sekretaris Bidang Hikmah. Karena intelektualitasnya, Abdul terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Jawa Timur 2016-2018. Hingga kini, ia tercatat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP IMM 2018-2021.
Asam garam Abdul dalam proses kaderisasi di IMM menjadi pelajaran yang luar biasa. Ia sempat melakukan advokasi buruh di Malang Raya ketika menjabat sebagai PC IMM Malang. Baginya, proses advokasi itu mempengaruhi kematangan dalam dunia pergerakan.
“Kepekaan dalam mengawal isu maupun wacana yang berhubungan dengan hajat hidup masyarakat ini secara langsung disuguhkan dalam proses kaderisasi IMM. Saya belajar banyak dari proses ini untuk mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat,” terang Abdul Musawir.
Abdul juga berharap narasi tentang keberpihakan terhadap mustad’afin selalu tersemat dalam hati kader IMM. Sehingga, IMM menjadi gerbong terdepan dan opinion leader untuk mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Tentu saja kita semua terus belajar dalam merayakan kebhinnekaan dengan membawa semangat baru untuk mengawal masa depan Indonesia,” kata Abdul.
Kini, dengan mengkampanyekan tagar #DariNarasiMenujuAksi, Abdul mengusung Visi “Unggul Keilmuan, Mendiri Ekonomi, Berdaulat Politik”.
Adapun Misi yang digagas sebagai upaya mencapai Visi oleh pemikir progresif tersebut yakni, 1) Menyiapakan Sumber Daya Manusia IMM untuk kuliah di luar negeri agar terbentuk kader-kader intelektual yang berdaya saing global; 2) Menyiapkan kader IMM yang terampil, up to date, dan memiliki wawasan global; 3) Penguatan wawasan kebangsaan, pemahaman sejarah dan warisan kebudayaan melalui program-program formal dan informal; 4) Menciptakan kemandirian ekonomi melalui program UMKM dan ekonomi kreatif; 5) Penguatan jaringan ekonomi dan politik; 6) Menyusun program kerja yang berbasis pada penguatan strategi politik dan berorientasi pada diaspora kader di lembaga-lembaga pemerintah; dan 7) Penguatan platform media digital. (*)