Kediri (Jatimsmart.id) – Empat organisasi wartawan di Kediri bersikap atas tudingan oknum media sebagai pelaku pemukulan Aremania dalam laga Persik Kediri Vs Arema FC di Stadion Brawijaya, Sabtu 17 September 2022 kemarin.
AJI Kediri, PWI Perwakilan Kediri, IJTI Korda Kediri dan PFI Surabaya tegas memastikan oknum pemukulan terhadap Aremania, pendukung Arema FC tersebut bukan lah jurnalis di Kediri.
Hari ini, mereka mendatangi kantor Sekretariat Persik di jalan PK Bangsa, Kota Kediri. Mereka ditemui Wakil LOC dan Media Officer Persik Kediri.
Mereka hadir untuk mengklarifikasi tuduhan terhadap media atas kasus pemukulan suporter Aremania tersebut.
Danu Sukendro, Ketua AJI Kediri mengatakan, tuduhan ini akan berdampak berbahaya pada kredibilitas dan keamanan jurnalis Kediri. Terlebih, pelaku pemukulan memang bukan dari jurnalis Kediri.
“Sebelumnya kami mendengar ada informasi awal bahwa ada pemukulan yang dilakukan oleh oknum media. Kemudian saya mengklarifiaksi saya koordinasi dengan temen-temen PWI dan IJTI Kediri dan temen temen yang ada di lapangan, jelas pelakuya bukan jurnalis di Kediri. Temen-temen tidak ada yang mengenal,” kata Danu Sukendro, Senin 19 September 2022.
“Kami mengkhawatirkan dampak, kami harus mengedepankan kredibilitas wartawan di Kediri karena aksi pemukulan itu tidak bisa ditolerir, yang kedua safety journalism. Ini dampaknya bisa melebar ketika temen-temen liputan di situ ada Aremania misalnya,” tambah Danu Sukendro.
Selain hal tersebut, pihaknya juga mendesak panitia pelaksana pertandingan untuk mencari pelaku dalam waktu 1 x 24 jam untuk meminta maaf ke publik. Besok perwakilan wartawan Kediri akan kembali mendatangi Mess Persik untuk menagih permintaan mereka dan membahas tindaklanjut kasus ini.
Sementara itu, Media Officer Persik Kediri Haryanto berjanji segera menemukan pelakunya sesuai deadline. Pihaknya juga meminta maaf terkait rilis yang ia sampaikan, yang justru menyudutkan wartawan di Kediri.
“Tentu saja yang disampaikan akan kita tindaklanjuti, dan sebenarnya kita juga sudah langsung gerak cepat. Memang berdasarkan absen sesuai yang saya keluarkan namun kalau ada beredar di luar itu ya itu yang kita sedang kita selidiki,” kata Haryanto.
“Ada hal-hal yang memang harus saya gerak cepat, tapi memang ada keteledoran ada kesalahan yang memang saat itu menuntut saya harus gerak cepat tapi ternyata dalam tindakan itu ada hal-hal yang tidak seharusnya saya sampaikan,” pungkasnya. (*)
Berikut 4 pernyataan sikap wartawan/jurnalis Kediri:
1. Jurnalis/wartawan tidak mendukung tindakan kekerasan dalam sepak bola;
2. Organisasi profesi jurnalis/wartawan yang terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, Persatuan Wartawan Indonesia (PW) Perwakilan Kediri, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Kediri, dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Surabaya memastikan pelaku bukan jurnalis/wartawan Kediri;
3. Mendesak panitia pelaksana (panpel) Persik dan media officer Persik menemukan pelaku dalam waktu 1×24 jam setelah rilis ini disampaikan dan mengumumkan hasilnya ke publik. Pelaku wajib memohon maaf ke semua pihak;
4. Menyayangkan press rilis yang dibuat media officer Persik yang menyebut ‘oknum media’ sebagai terduga pelaku kekerasan dan menuntut media officer menyampaikan permohonan maaf.
Sebelumnya, media sosial heboh dengan viralnya video yang menunjukkan aksi tak terpuji seorang pria yang dinarasikan sebagai oknum media, memukul seorang suporter di laga melawan Arema FC, di Stadion Brawijaya Kediri.
Di video itu terlihat, seorang pria mengenakan rompi berwarna pink, memukul suporter Aremania yang sudah diamankan oleh anggota TNI dari amukan suporter lainnya.
Rompi berwarna pink itu memang khusus diberikan oleh panpel pertandingan sebagai identitas wartawan foto atau fotografer di laga tersebut.
Kasus ini kemudian disusul dengan rilis Persik Kediri yang justru semakin menyudutkan jurnalis di Kediri. (*)