Surabaya (Jatimsmart.id) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyambut Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari konflik di Negara Sudan. Sebanyak 32 warga Jawa Timur tiba di Asrama Haji Surabaya, Minggu (30/4/2023) pagi, untuk dikembalikan pulang ke daerah asalnya masing-masing.
Sebagaimana diketahui, pada 15 April 2023 lalu di Negara Sudan, ada konflik yang mengakibatkan perang saudara antar pasukan militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) Sudan, saling baku tembak di negaranya yang menewaskan banyak warga sipil.
Hal tersebut menyebabkan banyak warga dari Negara lain yang tinggal di Sudan harus dievakuasi oleh pemerintah negaranya masing-masing termasuk Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk kembali pulang, demi keamanan dan keselamatan mereka.
Saat ditemui, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) baik di Kota Khartoum, Sudan maupun KBRI di Kota Riyadh, Arab Saudi, mengenai proses evakuasi WNI khususnya warga Jawa Timur.
“Sudah ada informasi, bahwa proses evakuasi berjalan. Saya berkoordinasi dengan KBRI yang ada di Khartoum dan KBRI di Riyadh. Pak Dubes dan tim KBRI Riyadh sudah standby di Jeddah sampai saat flight pertama sudah mulai bergerak menuju Bandara Soetta pagi kemarin,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Gubernur Khofifah, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada tim TNI dan Kemenlu RI atas kerja samanya dalam mengevakuasi WNI dari konflik di Negara Sudan.
“Kita semua sampaikan terima kasih kepada tim TNI dan Kemenlu RI yang bekerja sangat sigap, cepat dan protektif dalam mengevakuasi WNI dari konflik di Sudan. Kemudian kami menyambut warga Jawa Timur di Asrama Haji ini,” tuturnya.
Warga Jawa Timur yang dievakuasi pun, disampaikan Khofifah, ada yang sudah dijemput di Asrama Haji, dan ada yang transit ke Kantor Perwakilan Jawa Timur di Jakarta.
“Selain itu, tadi terkonfirmasi juga ada yang minta untuk langsung kembali dan berhenti di Ngawi. Jadi kita mengikuti mana yang terbaik bagi mereka. Pastikan mereka dalam keadaan tenang dan sehat,” terang Khofifah.
Proses evakuasi ini masih kloter pertama, untuk kloter evakuasi WNI selanjutnya, Khofifah meminta kepada Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Adhi Karyono untuk melakukan pengawasan agar evakuasi berjalan lancar.
“Begitu juga pada kloter-kloter berikutnya, saya minta kepada Pak Sekda sebagai kepala BPBD untuk melakukan monitoring dari seluruh pergerakan pesawat dari Jeddah ke Jakarta hingga ke Asrama Haji. Karena di sini semua akan di cek kesehatannya kembali, paspor akan dibagi, baru setelah itu Pemda boleh memberikan layanan kepada warganya,” ungkap Khofifah.
Gubernur Khofifah berharap, agar seluruh proses evakuasi lancar dan warga Jawa Timur kembali dengan selamat. “Kita doakan semoga proses evakuasi berjalan lancar, aman dan selamat. Kita Pemprov Jatim InsyaAllah akan memberikan layanan terbaik bagi mereka yang sudah dievakuasi dari Sudan,” harapnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur (Sekdaprov Jatim) yang juga sebagai Kepala BPBD Jatim, Adhy Karyono menyampaikan bahwa 32 warga Jawa Timur yang dievakuasi tersebut salah satunya ada yang mengalami cidera atau luka-luka.
“Dari 32 warga Jawa Timur itu, ada satu orang ibu dengan anaknya yang terluka ketika perjalanan dari Khartoum ke Port Sudan. Tapi sudah ditangani oleh Rumah Sakit Haji. Dan ini sedang dipersiapkan untuk menerima warga Jawa Timur pada kloter berikutnya,” bebernya.
Adhy juga menyampaikan, bahwa semua warga Jawa Timur, baik yang masih di Jakarta, maupun yang sudah di Surabaya, akan diberikan bantuan dan layanan yang sama.
“Akan diberikan bantuan kepada masing-masing orang satu juta, untuk semua layanan kesehatan dan sebagainya. Setelah ini, bagi warga yang ingin pulang ke daerah Kabupaten/Kotanya masing-masing, kami juga sudah siapkan kendaraan mobil kijang supaya bisa mengantar ke rumahnya,” ujarnya.
Sedangkan, salah satu warga Jawa Timur yang turut dievakuasi, seorang mahasiswa semester empat asal Gresik yang belajar di Sudan, bernama Salman Nasrullah Najib menerangkan bahwa proses evakuasi berjalan mulai dari Jumat (28/4/2023) sore.
“Kilas evakuasinya, dari Jumat sore kita dikumpulkan oleh pihak sekretariat Pengurus Pelajar Indonesia atau PPI, yang dapat arahan dari KBRI dan mengabarkan bahwasanya akan ada evakuasi. Karena evakuasi sifatnya mendadak, saya disuruh berkemas barang dengan cukup satu tas ransel saja. Artinya, jangan sampai membebankan atau membuat susah kita sendiri apalagi orang lain,” ucapnya.
Kemudian pada Sabtu, (29/4/2023), lanjut Salman, proses evakuasi diteruskan, Ia bersama warga lain berangkat dari Khartoum menuju Port Sudan dengan perjalanan melalui jalur darat yang memakan waktu sekitar 20 jam.
“Kita pagi hari kemudian istirahat sebentar, dan malamnya langsung perjalanan melalui jalur laut dari Port Sudan menuju ke Jeddah, yang memakan waktu sekitar 22 jam. Sesampainya di Jeddah kita disambut oleh KBRI, KJRI, dan semua tentara Jeddah di sana, kemudian istirahat di hotel. Dan lanjut lagi perjalanan melalui jalur udara dari Jeddah menuju Indonesia,” papar Salman.
Salman mengungkapkan, evakuasi WNI dari Sudan ini terbagi menjadi empat kloter, karena keterbatasan kendaraan dan juga banyaknya WNI di sana. “Di Sudan, kondisinya masih cukup menegangkan, karena masih terdengar suara tembakan ataupun dentuman ledakan, dan suara tank yang kedengaran sangat jelas. Hal ini membuat toko-toko yang ada di sekitar kita tutup. Bahkan, ketika kita mau beli sesuatu dilarang, dan penjualnya pun tidak memperbolehkan kita membeli barang lantaran buat stok pribadi mereka,” tukasnya.
Mahasiswa yang sudah belajar empat tahun di Sudan ini mengungkapkan, bahwa kegiatan pembelajaran di sana sudah dihentikan, karena konflik tersebut. “Saya akan kembali ke sana InsyaAllah kalau konfliknya tidak terlalu lama. Kalau konfliknya berangsur-angsur lama bahkan bertahun-tahun Wallahu Alam. Rencananya masih dipikirkan oleh pihak kampus dan Ikatan Alumni Sudan ataupun IAS untuk bagaimana kelanjutan studi saya, ya semoga ada kabar baik,” pungkas Salman. (red/kjt)