Tulungagung – Ratusan warga dari Desa Sawo, Gamping, Ngentrong dan Gedangan, di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, menggelar upacara tradisi ulur ulur, di Telaga Buret desa setempat. Tradisi sebagai ungkapan syukur masyarakat atas melimpahnya air di musim kemarau ini pun menjadi daya tarik wisatawan.
Dengan menggunakan pakaian khas jawa, mereka berjalan beriringan menuju telaga buret, sambil membawa sesajen di atas tandu.
Sesajen kemudian mereka letakkan di hadapan dua arca, yang merupakan perwujudan dari Dewi Sri dan Joko Sedono.
“Keduanya dipercaya oleh masyarakat sebagai simbol kemakmuran petani,” kata Heri Setiyono, Ketua Pelaksana, Jumat (5/7/2019).
Selanjutnya kedua arca tersebut dimandikan dan diberi hiasan berupa mahkota dari janur, dan kalung ronce bunga melati.
Beberapa perwakilan masyarakat kemudian melakukan tabur bunga, dia atas telaga buret. Telaga ini menjadi satu-satunya sumber mata air yang tidak pernah kering, meski musim kemarau panjang.
“Airnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di 4 desa,” imbuhnya
Selain menjadi tradisi, juga sebagai ungkapan syukur masyarakat atas melimpahnya air meski di musim kemarau ini.
“Aliran air yang tidak pernah berhenti membuat para petani bisa terus menanam padi, dan kebutuhan air masyarakat tercukupi,” terangnya.
Ritual yang dilakukan setiap bulan selo kalender jawa, pada hari jumat legi ini pun menjadi daya tarik masyarakat sekitar. (pam/ydk)
Baca Juga :
- Cerita Penemu Arca Ganesha, Ketakutan Hingga Ada Dorongan Kuat Tolak Arahan Pemilik Rumah
- Struktur Batu Bata Kuno Diduga Bangunan Candi Ditemukan di Areal Persawahan Kediri
- Difabel di Kediri Ini Tekuni Usaha Miniatur Kapal Pinisi dari Bambu