Tulungagung – Ramaikan malam ramadan, sejumlah bocah di Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung bermain sepak bola api. Dengan bertelanjang kaki, tanpa rasa takut mereka memainkan permainan ekstrem ini menggunakan buah bintaro, yang sebelumnya telah direndam dalam minyak tanah, dan kemudian dibakar.
Kegiatan ini dilakukan di halaman masjid Al Mimbar, untuk mengisi waktu usai Tarawih dan Tadarus Al Qur’an, di bawah pengasawasan guru ngaji mereka.
“Ini adalah tradisi turun-temurun di Masjid Al-Mimbar Desa Majan dan memang dilakukan oleh anak-anak,” kata Mohamad Roziq Bastomi, Guru Ngaji.
Selain untuk menyemarakkan malam ramadan, permainan sepak bola api ini juga sebagai pendidikan karakter untuk melatih fisik dan mental anak-anak agar kuat dan berani.
Sementara itu dalam permainannya anak-anak ini saling berebut layaknya bermain bola pada umumnya. Mereka saling menendang bola api, untuk menjebol gawang lawan, yang ditandai dengan tumpukan sandal.
Meski masih anak-anak, namun mereka sudah terbiasa dan mahir memainkan bola api, tanpa mengakibatkan cidera.
“Enggak kok, enggak panas. Seru,” kata Muhammad Syifa’, pemain sepak bola api.
Menurut mereka, justru yang paling sulit adalah menjadi kiper. Karena harus menjaga gawang agar tidak kebobolan, dengan berani memegang bola api dengan tangan kosong.
“Yang paling sulit kiper, karena harus menangkis dengan tangan,” seru Syifa’. (pam/ydk)
Baca Juga :