Surabaya (Jatimsmart.id) – Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Mohammad Nasih optimistis vaksin Merah Putih untuk Covid-19 dapat diproduksi massal pada akhir 2021.
BACA JUGA:
- 600 Pekerja dan Karyawan Ritel di Kediri Town Square Divaksin
- BUMN Gelar Vaksinasi Lansia Selama 2 Bulan, Khofifah Minta Masyarakat Bekerjasama
- Gubernur Khofifah Dukung Percepatan Vaksinasi Covid-19 dengan Astra Zeneca
“Beberapa waktu lalu di media, Kepala BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengisyaratkan bahwa dua bulan setelah pelaksanaan uji klinis vaksin bisa dikeluarkan. Kita berharap itu benar ditepati sehingga pada bulan Oktober atau November bisa dimanfaatkan,” kata Prof. Nasih di Surabaya.
Prof. Nasih mengatakan saat ini vaksin Merah Putih sedang melalui tahap uji coba pada hewan transgenik.
Menurut laporan yang dia terima, uji coba pertama yang dilakukan kepada hewan tersebut berjalan sukses. Meski begitu, tahap uji coba terhadap hewan tersebut belum selesai. Prof. Nasih mengakui pihaknya sempat mengalami kendala untuk mendatangkan hewan transgenik dari Amerika Serikat.
“Mendatangkan hewan dari Amerika itu ternyata tidak mudah. Waktu yang dibutuhkan panjang. Setelah sampai di Jakarta pun harus dikarantina. Sehingga bayangan kami tanggal 15 Maret bisa mulai, ternyata harus mundur 1 April. Pada April pun hewannya masih dikarantina sehingga belum bisa dipakai,” ujarnya.
Alhasil, penyuntikan vaksin kepada hewan transgenik pun baru bisa dilakukan pada tanggal 9 April lalu.
BACA JUGA:
- Jelang Ramadhan, Pemprov Jatim Gelar Vaksinasi Covid-19 Bagi Imam, Muadzin Dan Marbot Di Masjid Al- Akbar
- 21 Ribu Pedagang di Pasar Aktif Surabaya Segera Menerima Vaksinasi Covid
- Jatim Duduki Tingkat Pertama Capaian Vaksinasi se-Indonesia
Prof. Nasih menjelaskan hewan transgenik harus didatangkan dari Amerika Serikat karena di Indonesia belum ada hewan khusus untuk uji coba. Diungkapkannya, pengembang vaksin Merah Putih yakni Unair, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. (*)