Kediri (Jatimsmart.id) – Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur masih terus melakukan upaya penyelamatan obyek cagar budaya atau ekskavasi di kawasan wisata Kali Tempur, Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Hingga hari ini, Rabu (15/7), ekskavasi oleh tim yang beranggotakan enam orang dengan dibantu tenaga lokal ini masih fokus pada temuan awal yang diduga sebagai petirtaan kuno.
Atas hasil peninjauan awal ini, Wicaksono Dwi Nugroho, Kepala Tim Ekskavasi dari BPCB Jawa Timur mengindikasikan adanya kompleks percandian yang besar di kawasan tersebut. Mengingat keberadaan petirtaan yang merupakan pelengkap dari unsur tirta atau air suci di sebuah kawasan percandian.
“Indikasi kesana memang cukup kuat, karena masyarakat sekitar sebelumnya menemukan (arca) kala sebagai pelengkap, biasanya dipasang di pintu candi,” kata Wicaksono, di hari ketiga ekskavasi, Rabu (15/7).
Lebih lanjut, pihaknya masih akan terus menggali hingga 17 Juli nanti, untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Termasuk mengetahui apakah petirtaan dengan ukuran 5,2 meter persegi ini sebuah bangunan utuh atau hanya bagian dari bilik-bilik kecil untuk membatasi antara laki-laki dan perempuan, sakral dan profan.
Jika benar, Wicaksono memperkirakan bangunan utama candi tersebut berada di selatan petirtaan, seperti pada Candi Penataran dan Tikus. Meski secara umum, percandian di Indonesia memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama persis.
BACA JUGA :
- Temuan Cagar Budaya di Desa Brumbung Diyakini Sebagai Petirtaan Kuno
- Dibantu Warga, Tim BPCB Ekskavasi Situs Candi Gedog Blitar
- Tim BPCB Kembali Temukan Candi di Lereng Wilis dan Bukti Perdagangan Masa Kerajaan
“Dalam konsep percandian itu memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada candi di Indonesia yang sama persis, baik ukuran kemudian tata letak maupun hias. Semua memiliki ke khasan sendiri. Pun dengan tata letak, biasanya petirtaan berada di sisi selatan bangunan utama. Dalam skala besar Kota Raja Majapahit, petirtaan (candi) Tikus berada di selatan pusat kerajaan,” terangnya.
Sebelumnya, struktur bangunan diduga obyek cagar budaya ini ditemukan warga di lahan milik Mohammad Sulton di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, saat hendak menggali tanah untuk membuat kolam renang anak, sebagai pendukung wisata Watu Tulis.
Belum dapat dipastikan, era peninggalan dari temuan ini. Namun, jika dilihat dari temuan sebelumnya di kawasan tersebut berupa Prasasti Geneng 1 masa Kerajaan Kadiri dengan rajanya Brameswara dan Prasasti Geneng 2 pada Masa Tribhuana Tungga Dewi, patut diduga, struktur bata tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Kadiri di abad ke 11 dan dilanjutkan hingga era Majapahit pada abad ke 14. (ydk/jek)