Tulungagung (Jatimsmart.id) – Di tengah gempuran modernisasi, perajin bakiak atau sandal kayu di Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, tetap menunjukkan eksistensinya. Mereka tetap memproduksi bakiak ini, meski jumlah pemesan terus menurun sejak dua tahun terakhir.
Adalah, Muhammad Hamdan Habibi (32), perajin bakiak yang hingga saat ini masih konsisten menggeluti bisnis ini. Meski tak terlalu besar, ia masih merasakan untung. Jika sebelumnya Hamdan bisa melayani hingga 50 kodi bakiak per bulannya, kini setiap bulan ia hanya mampu menjual maksimal 20 kodi saja.
“Banyak orang yang sudah tidak lagi menggunakan bakiak,” katanya, Senin (3/2) di tempat produksinya, di Tulungagung.
BACA JUGA :
- Renyahnya Rengginang Mak Karti, Kudapan yang Melegenda Sejak 1986
- Soto Kambing 35, Kuliner Legenda Sejak Sebelum Merdeka
Usaha bakiak ini sudah digeluti sejak zaman dulu. Hamdan merupakan generasi keempat penerus usaha tersebut. Dibantu dengan sejumlah karyawannya, Hamdan bertekad meneruskan usaha bakiak yang sudah dirintis oleh leluhurnya ini.
“Mungkin ketinggalan zaman namun tetap kita produksi karena kita percaya ini masih mendatangkan keuntungan,” imbuhnya.
Sementara itu dalam produksinya, kayu yang digunakan untuk membuat bakiak ini merupakan kayu randu. Kayu tersebut dipilih karena ringan dan mudah dibentuk. Sejumlah kota yang memmpunyai banyak pondok pesantren seperti Kediri, Jombang dan Ponorogo menjadi pelanggan tetapnya.
“Saat ini pelanggan banyak dari kalangan pesantren,” jelasnya. Bakiak masih cukup akrab di kalangan santri.
Perajin bakiak berharap, masyarakat tetap menggunakan bakiak ini. Selain lebih kuat, bakiak ini anti licin yang cocok digunakan untuk kebutuhan mushola maupun masjid.(pam/ydk)