Pasuruan (Jatimsmart.id) – Menjelang hari raya Idul Fitri, pesanan Sari Matoa, usaha minuman milik salah satu warga Desa Karangsono – Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan – Wiji Astutik, kian laris manis. Dalam sehari, order yang datang bisa sampai 1000 dus sari matoa dengan beragam isi.
Wiji mengaku kewalahan karena sebelum puasa, jumlah pesanan sari matoa dalam kemasan cup atau gelas sudah datang. Bahkan, ia terpaksa menolak orderan yang datang pada pertengahan puasa seperti ini.
“Kalau sekarang pesannya ya saya tolak mas. Karena sebelum puasa saja sudah banyak pesanan, sehingga saya close,” katanya.
Sari matoa bikinannya adalah satu-satunya di Pasuruan. Wiji mengaku mulai berbisnis sari matoa sejak tahun 2016. Tepatnya ketika Kecamatan Sukorejo dijadikan City of matoa, ia merasa bahwa matoa bisa diambil sari nya untuk kemudian dijual sebagai hidangan di meja.
Untuk mendapatkan buah matoa yang memang bukan asli dari Pasuruan, Wiji membelinya dari Pasar Porong dan sebagian lagi dari warga Sukorejo. Setelah didapat, ia langsung menyulap buah matoa menjadi sari matoa dalam kemasan gelas plastik.
‘”Ada yang isinya 12 gelas, 18 gelas sampai 32 gelas. Tapi yang paling laris ya kemasan dengan isi 18 cup,” kata Wiji.
Untuk harganya, tentu saja masih murah. Kemasan kardus isi 12 cup dijual dengan harga Rp 15 ribu. Sedangkan isi 18 cup seharga Rp 25 ribu, isi 32 cup dijual dengan harga Rp 32 ribu.
Pelanggannya tak jauh-jauh, karena sudah habis diborong oleh para pengepul di sekitaran Kecamatan Sukorejo.
Dengan banyaknya pesanan di setiap harinya, omset yang Wiji dapatkan dari membuat sari matoa ini bisa menembus sampai Rp 100 juta dalam sebulan. Namun jumah tersebut belum dipotong dengan ongkos produksi, pembelian bahan dan gaji pegawai.
“Ya kalau keuntungan bersih sekitar 30 persen dari pendapatan yang saya terima,” pungkasnya. (red/kjt)