Kediri (Jatimsmart.id) – Sebuah pondok pesantren di Kabupaten Kediri memproduksi jamu suling, untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang cocok sebagai pencegahan sekaligus melawan berbagai macam high virus termasuk Corona. Bukan sebagai bisnis, ramuan berbahan dasar empon-empon atau rimpang dengan campuran madu, yang diberi nama Zanjabila ini telah disalurkan gratis untuk pasien positif corona di Kediri dan warga sekitar di zona merah.
Adalah Pondok Pesantren Pari Ulu, di Desa Cangkring Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri bersama Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdatul Ulama (LPPNU) daerah setempat yang memproduksi jamu suling ini. Berbahan dasar jahe, sereh, kunyit, temulawak, ketumbar dan campuran madu, jamu ini diberi nama Zanjabila.
Pembuatan jamu ini diinisiasi oleh pengasuh pondok pesantren yang resah akibat wabah virus Corona yang terus meluas di tanah air. Pengasuh kemudian mengkaji konsep dalam agama islam melalu Al-Quran terkait pencegahan dan perlawanan terhadap wabah ini.
Dari berbagai ayat kemudian pengasuh KH. Mustain Ansori sekaligus pakar tafsir ayat-ayat pertanian, bersama pengkaji hukum dan tafsir KH. Sa’id Ridwan Marzuki menemukan bahan utama jahe dan madu seperti minuman di surga. Temuan secara spiritual ini kemudian diolah dengan berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, Biologi, Kimia, Fisika, Matematika dan Pertanian organik yang kemudian lahirlah formula tersebut.
“Awalnya ini dari keresahan sejumlah santri dan masyarakat yang khawatir dengan penyebaran virus Corona, sehingga saya melakukan penelitian, pengkajian dan mengaji mengacu pada kitab suci Al Quran, hingga menemukan formula jamu suling Zanjabila,” terang KH. Mustain Ansori.
Sebelum diproduksi masal untuk masyarakat jamu suling Zanjabila telah melalui dua kali uji pada unggas akhir bulan Maret lalu oleh dokter hewan di Kediri. Kemudian awal April jamu ini diuji cobakan pada santri, simpatisan dan anggota LPPNU.
“Proses pembuatannya jamu suling Zanjabila melalui 9 tahapan yang panjang, setelah bahan dipilih kemudian melewati proses belah rimpang, pengeringan degan sinar matahari dengan sudut tertentu yang di sebut dengan fotosfer. Very light, sativa lebah, proses Oven, hingga fermentasi selama 24 jam dan barulah penyulingan,” imbuh KH. Mustain Ansori. Untuk 1 liter jamu penyulingan berlangsung selama 8 jam.
Sementara itu, Drh Pujiono dari LPPNU Kediri, salah seorang tim dari Ponpes Pari Ulu mengatakan khasiat jamu melalui bahan herbal ini mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan pernafasan. Bahkan jamu ini telah diberikan pada pasien positif COVID-19 di Kota dan Kabupaten Kediri dan beberapa daerah lain. Hasilnya, dalam kurun waktu 7-10 cukup menggembirakan. Pasien dinyatakan sembuh.
“Jamu ini memiliki khasiat meningkatkan daya tahan tubuh dan melonggarkan pernafasan, sehingga cocok untuk di konsumsi sebagai pencegahan dan perlawanan terhadap high virus terlebih corona yang saat ini melanda dunia. Terbukti kemarin kami memberikan secara gratis pada pasien positif COVID-19, PDP dan kontak erat. Untuk yang positif 2 orang alhamdulillah kurun waktu 10 hari hasilnya menggembirakan,” jelas dr Puji.
Sejauh ini ramuan ini telah disalurkan gratis untuk pasien positif corona di Kabupaten Kediri serta warga sekitar di zona merah yang tengah menjalani karantina wilayah. Mereka yang positif diberikan 2 botol berukuran 10 mililiter per hari selama minimal 7 hari hingga 14 hari. Sementara sebagai pencegahan masyarakat hanya perlu mengganti biaya produksi yang cukup murah. Hanya saja saat ini jamu Zanjabila masih dalam tahap uji di Sucofindo Surabaya. (ad)