Kediri – Jika mendengar nama Daun Beluntas, mungkin yang pertama kali terlintas hanyalah soal rasanya yang pahit, pemanfaatannya sebagai tanaman obat tradisional, atau bahkan sekedar tanaman semak liar penghias pagar halaman.
Namun, di tangan Laillatul Indra, Luluk Ibrozziah dan Dandy Y, tiga mahasiswa di Kota Kediri ini Daun Beluntas yang pahit mampu diolah menjadi kukis manis dengan nilai ekonomi lebih.
Berawal dari kegiatan PKMK yang diselenggarakan oleh Ristekdikti, tiga mahasiswa semester dua Fakultas Ekonomi, Universitas Kadiri ini mampu menghasilkan inovasi camilan baru, yang kini mulai digemari masyarakat.
“Selama ini kita melihat Daun Beluntas umumnya hanya dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional, atau bahkan sekedar dibiarkan sebagai tanaman liar. Dari situ kita berfikir untuk memanfaatkannya lebih,” kata Dandy.
Kukis renyah hasil beberapa kali uji resep itu kemudian mereka namai Kubekam atau Kukis Beluntas Kaya Akan Manfaat. Karena selain itu, Daun tersebut memiliki kasiat diantaranya untuk mengatasi rematik, perut kembung, nyeri pinggang, dan menghilangkan bau mulut dan bau badan.
“Untuk lebih menarik minat masyarakat, kita coba kreasikan Kukis daun beluntas itu dengan beragam varian rasa, seperti coklat, vanila, dan strawberry. Juga kita cetak dengan beragam bentuk dan karakter yang unik. Ada gajah, kura-kura, singa,” imbuhnya.
Cara membuatnya pun cukup mudah, yakni dengan membuat adonan kue seperti pada umumnya, kemudian bahan dicampur dengan Daun Beluntas kering yang telah dibuat serbuk. Kemudian adonan dicetak dan diberi topping rasa sesuai selera.
Sementara mahasiswa yang telah mencoba camilan ini mengaku menemukan kukis dengan sensasi lain. Sebab, sang pembuat juga tidak menghilangkan secara penuh rasa pahit khas dari Beluntas tersebut.
“Ada pahitnya tetap, tapi dominan ke manis. Mungkin ini yang bikin beda yaaa. Tapi selebihnya enak kok, renyah,” kata Devi, salah satu mahasiswa.
Sementara itu, selain di area kampus, olahan kukis beluntas ini mulai dipasarkan secara luas. Jika progresnya dinilai baik, nantinya produk tersebut akan dijadikan sebagai produk unggulan.
“Sejauh ini sambutan positif, kalau progresnya terus baik kita akan jadikan ini produk unggulan,” kata Ria Lestari, dosen pembimbing. (ydk/sam)