Kediri – Harga cengkeh di kawasan lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri merosot. Para petani menduga, hal ini dipengaruhi oleh permainan para tengkulak. Sebab, saat ini belum memasuki musim panen raya.
Para petani di Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kabupaten Kediri harus gigit jari. Panenan di bulan Agustus ini hanya dihargai Rp. 76 ribu perkilogramnya. Padahal, sebelumnya harga cengkeh kering mampu menembus angka Rp. 107 ribu perkilogramnya.
Petani tidak mengetahui secara pasti penyebab merosotnya harga tersebut. Karena saat ini musim panen raya belum tiba.
“Mungkin dari tengkulak, tapi kurang paham juga. Soalnya belum panen raya ini. Panen raya masih tahun depan, dua tahun sekali,” kata Suparman, petani cengkeh di Desa Jugo.
baca juga :
- Gaplek, Olahan Petani Lereng Wilis untuk Tingkatkan Nilai Jual Ketela
- Pasokan Menipis di Musim Kemarau, Harga Ikan Tawar Naik
Meski tak sampai merugi, namun keuntungan dari petani menurun drastis. Karena selain bibit, biaya tanam, ongkos petik dan ongkos kirim, petani dibebankan biaya pengangkutan cengkeh ke desa tetangga untuk mencari lokasi yang terik. Karena di kawasan pegunungan tersebut, cuaca cenderung sulit diprediksi sehingga proses pengeringan akan memakan waktu lama. Meski saat ini memasuki musim kemarau, hujan kerap datang secara tiba tiba.
Untuk diketahui, di Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri total terdapat 120 hektar lahan ditanami cengkeh. Dengan hasil panen hingga 200 ton tiap tahunnya. Sementara panen raya terjadi dua tahun sekali, sepanjang Mei hingga Agustus .
Selain pengepul lokal di Kediri, mereka juga memasarkan melalui pengepul di Tulungagung. (ydk)