Kediri (Jatimsmart.id) – Kasus Covid-19 terus melonjak di Tanah Air, termasuk di Kota Kediri. Tenaga kesehatan di RSUD Gambiran Kota Kediri mulai kelelahan berjibaku menangani pasien yang membludak setiap harinya. Kondisi ini memaksa mereka bekerja tanpa henti dengan resiko yang sangat tinggi.
Selain ruang isolasi, Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi yang paling sibuk di tengah peningkatan kasus Covid-19 ini. Sejak dua minggu terakhir jumlah pasien yang datang cukup pesat dengan intensitas yang sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan pasien yang menunggu perawatan di IGD.
BACA JUGA:
- Angka Kasus Covid-19 Semakin Tinggi, Sejumlah Wisata di Jatim Tutup
- Awal Mula Covid-19 di Dunia ? Begini Kisahnya
- Antisipasi Peningkatan Kasus Covid-19, Pemkot Kediri Sediakan Tempat Isolasi Mandiri Terpusat
“Pasien datang tak berhenti, akhirnya terjadi penumpukan di IGD. Itu yang membuat kami stres. Pasien yang datang duluan belum dapat kamar, sudah ada lagi pasien baru,” kata Gigih, Kepala Ruang IGD RSUD Gambiran Kota Kediri, Kamis 1 Juli 2021.
Secara kapasitas IGD RSUD Gambiran Kota Kediri hanya tersedia 18 tempat tidur. Namun sejak terjadi lonjakan kasus Covid 19 dalam dua minggu terakhir, jumlah pasien yang datang tak kurang dari 30 orang setiap hari.
Meski RSUD Gambiran telah menambah jumlah tenaga kesehatan untuk menangani pasien, mereka tetap kewalahan. Saat ini tak kurang 34 perawat dan bidan, serta 20 dokter disiagakan untuk bekerja secara bergiliran di rumah sakit rujukan Covid-19 ini.
“Satu sisi kami harus melayani pasien dengan baik. Di sisi lain kami juga menjaga diri agar tidak terpapar. Satu tenaga medis sangat berarti dalam situai seperti ini, jangan sampai ada yang sakit,” imbuh Gigih.
Pasien yang datang ke IGD juga bervariasi, mulai dengan gejala ringan hingga berat. Sebagian besar dari mereka memiliki gejala batuk, kehilangan indra penciuman, hingga sesak nafas dengan saturasi oksigen yang rendah.
“Akhir-akhir ini banyak pasien dalam keadaan tidak bagus. Saturasi dibawah 90, frekuensi nafas lebih dari 30,” jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, seluruh tenaga kesehatan berusaha saling menguatkan di balik ketatnya APD yang membuat gerah dan berkeringat. Tak jarang mereka juga memberi kesempatan rekannya untuk beristirahat jika benar-benar tak mampu lagi bekerja.
Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pasien Covid 19 yang ketat juga menambah beban para tenaga medis ini. Untuk mencegah penularan virus kepada orang lain, pasien yang datang dan diisolasi tak boleh ditemani anggota keluarga. Sehingga seluruh kebutuhan pasien dilayani oleh tenaga medis seperti menyuapi makan hingga membersihkan diri.
Jika lelah dan mengantuk tak lagi bisa ditahan, mereka sering mencuri waktu untuk tidur di meja atau bersembunyi di dalam lemari besar IGD. “Di IGD ada lemari besar, kami sembunyi di dalam. Nyuri-nyuri waktu untuk duduk atau sekedar bersandar. Kadang tak terasa sampai tertidur sebentar. Lelah, kami sangat lelah,” tutur Gigih.
Di tengah tekanan fisik dan psikis yang sangat besar, tak jarang mereka masih menghadapi permintaan keluarga pasien yang bertentangan dengan aturan. Juga tudingan ‘sengaja dicovidkan’ dari keluarga pasien yang membuat semangat mereka turun.
Direktur RSUD Gambiran dr. Fauzan Adima M.Kes. menjelaskan stigma tersebut tidak bisa dipungkiri masih berkembang di masyarakat. Pemahaman yang berbeda tentang Covid 19 membuat masyarakat sering menyepelekan keberadaan virus berbahaya ini.
BACA JUGA:
- Khofifah Ungkap 3 Kasus Covid-19 Varian India, Satgas Jatim Tindak Cepat
- Covid-19 Varian India Dominasi Penyebaran di 3 Wilayah, Ini Dia Gejalanya
- Arosbaya dan Geger Zona Hitam Covid-19, Forkopimda Bangkalan Beri Himbauan Langsung Kepada Warga
“Kami berpegang teguh pada standar penanganan Covid 19. Kalau memang menunjukkan adanya virus dari hasil pemeriksaan laboratorium, ya kami sebut Covid. Kalau bukan ya, bukan. Kalau boleh berharap, kami ingin semua pasien yang datang ke rumah sakit negatif, tidak terpapar. Petugas sudah sangat kelelahan,” kata dr. Fauzan Adima.
Fauzan juga berharap kepada masyarakat untuk tidak mendiskreditkan tenaga medis jika pelayanan yang diberikan kurang berkenan. Namun RSUD Gambiran akan tetap menerima masukan dan saran jika disampaikan dengan cara yang sopan dan santun.
“Mereka punya keluarga, mereka juga berisiko. Belum tentu mereka kuat, mudah mudahan masyarakat memahami,” harap Fauzan. Dia meminta agar masyarakat memahami situasi ini dan membantu dengan menerapkan protokol kesehatan. (ydk/jek)