Mojokerto (Jatimsmart.id) – Dewasa ini kunjungan wisata museum disejumlah daerah sedang rendah. Milenial sepertinya mulai ogah dengan model wisata sejarah ini. Padahal, banyak museum yang menarik, baik dari segi koleksi maupun cerita sejarah didalamnya.
Di Jawa Timur, tak sedikit museum yang menyajikan cerita tentang kerajaan masa lampau. Salah satunya, Museum Trowulan. Museum ini terletak di Dusun Unggahan, Desa Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Museum Trowulan menjadi sangat istimewa karena menyimpan sebagian besar peninggalan Kerajaan Majapahit.
Di halaman museum terdapat Buah Maja berbentuk bulat berwarna hijau dengan ukuran kepalan tangan orang dewasa. Konon katanya, ketika Raden Wijaya dan para pengikutnya membabat alas Tarik untuk menjadi pemukiman, pengikutnya memakan buah tersebut. Buah Maja muda yang pahit, kemudian diambil sebagai nama daerah ini, Majapahit. Yang kemudian tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang besar dan kuat di Nusantara.
“Banyak sih (koleksi), ada juga Kerajaan Kahuripan, Kediri, dan Singhasari ada di museum ini,” kata Siti, yang beberapa waktu lalu mengajak anaknya, Radit untuk melihat koleksi sejarah di museum yang pada tanggal 1 Januari 2007 lalu, diresmikan sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM).
Siti sadar, era globalisasi ini cenderung mempengaruhi gaya hidup generasi milenial. Termasuk pemilihan jujukan wisata. Untuk itu, ia berusaha mengenalkan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu tentang sejarah, sebagai tambahan wawasan.
Ada banyak koleksi-koleksi bersejarah yang tersimpan rapi di gedung utama Museum Trowulan yang nampak besar dan gagah ini.
Terdapat beberapa joglo kecil tanpa dinding untuk memamerkan arca-arca berukuran besar. Dan juga kantor untuk urusan administrasi museum.
Museum Trowulan memiliki kurang lebih 80.000 koleksi, dari berbagai kerajaan yang ada di Jawa Timur. Mulai dari miniatur, berbagai jenis arca, mata uang kuno, guci dari tanah liat, koleksi keramik, alat-alat rumah tangga, hingga sejumlah Patung Hariti. Adapula Pantheon Hindu dengan penempatan Lingga Yoni di tengah, Siwa di selatan, Durga di utara, Ganesha di barat, Mahakala di kiri pintu masuk, dan Nandiswara di kanan pintu masuk.
Di tengah lorong ruangan ada beberapa koleksi berbagai bentuk dan warna tempayan tanah liat. Dengan bermacam poster di sebelah kiri dan lemari kaca yang menyimpan benda purbakala di sebelah kanan.
Di sisi satunya lagi ada replika sumur kuno terbuat dari batu, bata, dan gerabah yang berbentuk persegi dan bundar. Sumur bata persegi letaknya berdekatan dengan bangunan suci. Dan sumur bata bundar ditemukan di kompleks pemukiman kuno.
Ada banyak sekali arca yang menarik di Museum Trowulan. Terdapat sebuah arca batu di selasar Museum Trowulan yang berisi kisah Samuderamanthana. Arca tersebut merupakan miniatur bangunan candi dengan relief cerita pencarian Amerta, air kehidupan. Ada juga Arca Wisnu menunggang Garuda dalam ukuran besar. Arca ini menggambarkan Airlangga, Raja Kahuripan yang dipercaya sebagai titisan Dewa Wisnu. Didekatnya berdiri Arca Gajasura Samhara Murti. Sebuah prasasti batu dengan bagian atas yang rusak dan sulit terbaca lagi. Namun pada relief bagian bawahnya masih terlihat utuh.
Wisata sejarah ini mungkin bisa jadi pilihan akhir pekan ini. Agar tak melulu soal instagramable. Toh, di museum ini pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Tikenya relatif murah, namun ada perlakukan yang berbeda untuk pelajar dan umum. Untuk pelajar dikenakan tarif Rp. 1.500 dan untuk umum Rp. 2.500. Kunjunganya mulai hari Selasa – Minggu pukul 07.30 – 15.30. Tutup pada Hari Senin dan Hari Libur Nasional. (nun/ydk)