Tulungagung (Jatimsmart.id) – Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara online tidak mudah dilaksanakan bagi siswa di Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung. Sulitnya sinyal internet membuat siswa di desa tersebut harus berusaha mencari. Beberapa diantaranya terpaksa membeli voucher internet yang tersedia di kawasan wisata Bukit Tunggul Manik. Bagi mereka yang tidak memiliki cukup uang, terpaksa belajar di tepi jalan, yang bisa menangkap sinyal internet.
Falentia Wiliana Putri, siswi kelas IX di SMPN Pagerwojo 2 ini menggunakan fasilitas internet di kawasan wisata Bukit Tunggul Manik, untuk mengunduh materi yang dikirimkan gurunya melalui aplikasi Whatsapp. Bersama beberapa teman, Falentia membeli voucher internet yang disediakan oleh pihak pengelola wisata. Harganya Rp 3 ribu untuk dua orang. Voucher ini bisa digunakan selama 12 jam.
“Sebenarnya dirumah sudah memasang antena Wifi namun sinyalnya tidak bagus,” ujarnya, Kamis (6/8).
Untuk membeli voucher ini, Falentia menyisihkan uang saku sekolah. Tidak hanya faktor sulitnya mencari sinyal internet, di desa ini juga sering terjadi pemadaman listrik. Akibatnya siswa tidak bisa mengikuti KBM secara online. Mereka baru bisa mengunduh materi pelajaran dan soal yang diberikan guru setelah listrik kembali menyala.
“Pernah satu hari mati listrik ya terpaksa tidak bisa belajar,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dika Anggi Aristian. Siswa kelas VII ini memilih belajar di tepi jalan, yang mempunyai sinyal internet. Dengan beberapa temannya, Dika membuka materi yang diberikan secara online. Mereka kerap berganti lokasi untuk mendapatkan sinyal internet yang kuat. Jika cuaca kurang bersahabat, siswa ini tidak bisa mengunduh materi dan soal.
“Sinyalnya kurang stabil apalagi jika cuaca mendung,” tuturnya.
Pihak sekolah sendiri sebenarnya sudah menyiapkan akses internet yang bisa digunakan oleh para siswa. Wahyudin, Waka kesiswaan SMPN Pagerwojo 2 menuturkan internet tersebut tersedia di sekolah. Namun karena ada peraturan siswa tidak boleh berada di sekolah selama pandemik, fasilitas internet ini tidak digunakan. Guru akhirnya berkeliling memantu aktvitas belajar siswa yang berusaha mencari sinyal internet.
“Begitu mendapat laporan bahwa ada sekelompok siswa yang belajar di satu titik kita mendatanginya, memantau jangan sampai mereka mencari sinyal di lokasi yang berbahaya,” ungkapnya.
Selain itu pihak sekolah juga memberikan subsidi paket data internet kepada para siswa. Melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), setiap siswa mendapatkan bantuan Rp 10 ribu per bulannya. Nominal tersebut sangat kecil mengingat kebutuhan kuota internet siswa yang lumayan besar.
Sementara itu, Kepala Desa Kradinan, Eko Sujarwo menambahkan pihak desa telah menyediakan internet gratis bagi siswa. Mereka bisa menggunakan fasilitas tersebut di Balai Desa. Kapasitas internet juga telah ditingkatkan. Namun jika yang menggunakannya lebih dari 12 orang, kecepatan internet akan menjadi lambat.
“Di lokasi wisata juga kita menyediakan voucher internet, kondisi desa ini memang sulit sinyal internet,” pungkasnya. (pam/jek)