Kediri (Jatimsmart.id) – Imam Muklas, Kuasa Hukum SA, atlet Senam Artistik asal Kota Kediri mengungkap dua fakta baru yang cukup mencengangkan. Pertama, Imam menyebut adanya ketidak samaan keterangan dalam surat pergantian atlet yang dikirimkan ke panitia penyelenggara SEA Games 2019 Filipina, dengan apa yang menyertai pencoretan SA dari Pelatnas Senam Artistik di Gresik Jawa Timur. Fakta kedua, terkait dugaan penguasaan ATM SA oleh pelatih.
Terkait fakta pertama, tim Kuasa Hukum SA menunjukkan surat pergantian atlet yang dikirimkan ke pihak penyelenggara SEA Games. Menurut Kuasa Hukum, surat yang dikirimkan ke penyelenggara dalam Bahasa Inggris itu, justru menerangkan bahwa SA urung tampil karena sakit yang mengharuskan ia menjalani perawatan.
Tentunya, hal itu bertolak belakang dengan keterangan sebelumnya, yang menyatakan alasan gagalnya atlet muda ini karena penurunan prestasi.
“Ada inkonsistensi, daripada pihak pelatih. SA dikeluarkan karena isu virginitas, dan ada permintaan itu jelas daripada pelatih untuk tes virginitas. Namun, ketika kita buka di media ternyata alasannya indisipliner. Dan yang sangat mencengangkan ketika, adanya surat keterangan hasil virginitas, keluarga menerima pergantian SA ini berbeda dengan apa yang disampaikan Persani. Alasannya, malah katanya SA menderita penyakit kronis, dan membutuhkan perawatan beberapa bulan dan tidak bisa terjun di SEA Games 2019,” kata Imam. Jumat 6 Desember 2019. Imam tentu sangat menyayangkan hal tersebut.
Sementara itu, pihak Kuasa Hukum juga menyinggung terkait honor atlet yang diterima SA, yang dinilai tidak sesuai. SA yang selama ini tergabung dalam Puslatda dan Pelatnas, sejatinya menerima honor Rp. 4 Juta dan Rp. 6 juta per bulannya.
“Informasi yang kita terima, rekening, baik buku tabungan dibawah penguasaan daripada pelatih. (Alasannya) untuk masa depan atlet. Namun, ada kejanggalan ketika orang tua meminta uang tersebut untuk biaya pendidikan SA tapi malah tidak diberikan. Justru itu katanya tanggung jawab orang tua,” kata Imam. Termasuk ATM yang diduga dilakukan pemecahan dari tabungan induk, ke bank lain.
Lebih lanjut, keterangan dari keluarga selama menurut Imam, selama ini SA hanya diberikan uang sebesar Rp. 200 ribu tiap bulannya.
Sementara itu, kabarnya kepala pelatih Senam, IS akan berkunjung ke rumah SA dalam waktu dekat. Hanya saja, Kuasa Hukum mengaku, pihak keluarga belum bisa menerima kunjungan tersebut. Karena SA masih mengalami trauma psikis yang cukup berat. Ia belum siap bertemu dengan sang pelatih tersebut.
“Kita minta jika pelatih ingin meminta maaf harus secara resmi dan diumumkan di media,” pungkasnya. (ydk/jek)