Tulungagung (Jatimsmart.id) – Sebagai wujud syukur atas terbangunnya kembali Pasar Rakyat Ngunut pasca kebakaran yang terjadi 2019 lalu, Paguyuban Pedagang Pasar Rakyat Ngunut menggelar tasyakuran dengan pagelaran wayang kulit. Pertunjukkan yang membawakan lakon Semar Mbangun Kayangan ini semakin spesial, karena dihadiri dan dibuka langsung oleh Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo.
Agus Maulanto, selaku panitia sekaligus Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Rakyat Ngunut menyampaikan ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat yang telah membangun Pasar Rakyat Ngunut yang sekarang berdiri megah dan tertata rapi. Hal ini patut disyukuri dan dibanggakan sehingga kedepan dapat membawa keberkahan bagi para pedagang yang menempati pasar Ngunut tersebut.
“Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh donatur yang telah memberikan donasinya sehingga acara tasyakuran ini dapat berlangsung, utamanya bagi para pedagang yang telah mengumpulkan donasi sejak 2 tahun yang lalu sehingga terkumpul sejumlah 70% dari dana yang dibutuhkan,” ujarnya, Sabtu (30/7/2022).
Maryoto yang hadir dalam kegiatan tersebut mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan, menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan Covid-19. Sehingga, aktivitas perekonomian kembali pulih.
“Kamipun juga berharap dengan terbangunnya pasar ini, aktivitas jual beli kembali pulih .Perekonomian kembali bergerak sehingga para pedagang dapat kembali mendapatkan pendapatan dan kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan,” tandasnya.
Turut hadir pada undangan acara ini, Perwakilan Forkopimda Kabupaten Tulungagung Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tulungagung, Ahmad Baharudin: Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Drs. Sukaji, M.Si: Kepal: Perangkat Daerah terkait: Forkopimcam Kecamatan Ngunut serta Kepala Desa se-Kecamatan Ngunut.
Usai sambutan, Bupati melakukan potong tumpeng yang diserahkan kepada Agus selaku panitia, dilanjutkan penyerangan gunungan wayang kepada Ki Dalang Eko sebagai tanda di mulainya pertunjukan pagelaran wayang kulit. (Pam/jek)