Mojokerto (Jatimsmart.id) – Sudah 727 tahun semenjak kerajaan Majapahit didirikan. Sampai saat ini peninggalannya masih berdiri kokoh di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya di tanah Majapahit yaitu Mojokerto. Tak heran, peninggalan Kerajaan Majapahit ini mengundang rasa penasaran banyak pihak. Beberapa diantaranya menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Daerah Mojokerto yang penuh dengan wisata sejarahnya ini dikenal dengan nama Trowulan. Trowulan sendiri merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Mojokerto. Letaknya yang berada di jalan arteri provinsi membuat Trowulan menjadi wilayah yang strategis dan mudah untuk di temukan.
Menariknya lagi, jika pengunjung memasuki wilayah Trowulan, maka akan terlihat dengan apik rumah-rumah penduduk berjejer di tepi jalan menyerupai rumah era kerajaan Majapahit zaman dahulu.
Memasuki area-nya saja sudah menarik perhatian, apalagi jika wisatawan dapat meluangkan waktu sejenak untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Trowulan. Tentunya, tempat-tempat wisata ini sebagaian besar merupakan area bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Seperti, Wringin Lawang , Candi Brahu , Candi Bajang Ratu, Museum Majapahit dan Candi Tikus.
Memasuki area wisata sejarah Majapahit, pengunjung akan disuguhi Gapura Wringin Lawang di awal daerah. Gapura yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit ke 14 ini diyakini berfungsi sebagai gerbang untuk memasuki salah satu wilayah yang ada di Majapahit zaman dahulu. Selebihnya, informasi untuk bangunan ini sendiri kurang banyak digali karena minimnya catatan sejarah yang menyebutkan bangunan tersebut.
Setelah itu, wisatawan akan dengan mudah menemukan Candi Brahu. Candi dengan ciri khas agama Budha ini dibangun menggunakan batu bata merah, dan tidak memiliki relief. Candi yang di buat atas perintah Mpuh Sendok ini dipercaya sebagai tempat pembakaran jenazah Raja Brawijaya.
Menariknya lagi, tidak hanya terdapat bangunan yang berdiri kokoh di wilayah ini, namun, disekitar candi juga di temukan barang-barang kuno peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya, seperti; alat upacara, perhiasan, logam dan arca-arca logam.
Agar lebih puas untuk melihat-lihat peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut, wisatawan dapat langsung mengunjungi Museum Majapahit yang tak jauh dari Candi Brahu. Di dalam museum ini pengunjung akan diajak untuk kilas balik mengenai jaman Majapahit, dimana semua peninggalan-peninggalan di era tersebut dapat di lihat pada museum ini.
Mulai dari alat produksi, alat rumah tangga, sampai arsitektur peninggalan Kerajaan Majapahit ada di dalamnya. Pengunjung dapat dengan puas melihat satu persatu koleksi peninggalan yang lengkap sambil membayangkan betapa kerennya Kerajaan Majapahit pada era itu.
Tak lengkap rasanya, jika pengunjung tidak mengunjungi Candi Bajang Ratu atau yang biasa disebut dengan Gapura Bajang Ratu. Tak heran, karena pada masa kejayaan Majapahit, candi ini di fungsikan sebagai gapura.
Gapura yang terbuat dari batu bata merah dan memiliki model paduraksa ini sendiri didirikan untuk memperingati Raja Jayanegara. Wisatawan tak perlu khawatir, karena area wisata ini menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti, toilet dan musholla untuk beribadah.
“Untungnya ada mushollah jadi engga usah cari tempat mushollah jauh-jauh, disini saja sudah ada, jadi engga perlu khawatir kalau kesini saat mendekati waktu sholat, karena sudah disediakan” ujar Nadira wisatawan asal Mojokerto asli. Nadira memilih mengunjungi Trowulan untuk melepas penat karena dekat dari jangkuan rumah sekaligus ingin berwisata di tempat beberapa tempat bersejarah yang ada di area ini.
Setelah mengujungi Candi Bajang Ratu, wisatawan dapat melipir sedikit ke arah selatan untuk mengunjungi Candi Tikus. Candi yang arsitekturnya berbeda dengan candi peninggalan Majapahit yang lainnya ini merupakan candi yang terkubur di dalam tanah.
Ditemukan kembali pada tahun 1914, Candi yang mirip dengan bentuk pertitaan ini dijadikan perdebatan oleh beberapa ahli. Pasalnya dengan letaknya yang berada sedalam 3,5 m dari permukaan tanah dengan ukuran 29,5×28,5 cm ini mirip dengan pertitaan pada zaman dahulu, namun sebagai ilmuwan mengatakan, tempat tersebut hanyalah penampungan air biasa yang ada di zaman Kerajaan terkuat ini.
Tenang saja, wisatawan hanya perlu merogoh kocek 3.000 rupiah untuk mengunjungi setiap area yang ada di kawasan sejarah tersebut. Namun, sedikit berbeda untuk memasuki museum majapahit, pengunjung harus mengeluarkan kocek sebesar 5.000 rupiah. Dengan harga tiket yang cukup terjangkau, pengunjung dapat merasakan sensasi mengunjungi Majapahit dan tentunya dapat ber-swa foto dengan bebas. (gis/ydk)