Surabaya (Jatimsmart.id) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak resmi dilantik dan dikukuhkan sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Wilayah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Timur periode 1444-1447 H. Pelantikan dan pengukuhan ini dilakukan oleh Ketum Pengurus Pusat (PP) MES, Erick Thohir, di Gedung Islamic Centre Jl. Raya Dukuh Kupang No.122-124, Sawahan, Kec. Dukuhpakis, Surabaya, Rabu (14/6).
Dalam sambutan usai dilantik, Wagub Emil mengajak berbagai elemen yang ada dalam kepengurusan MES PW Jatim baik akademisi, praktisi, pemerintah dan pelaku usaha, untuk bersama-sama dengan masyarakat menggaungkan dan menyukseskan Jawa Timur sebagai pusat ekonomi syariah di Indonesia.
“Ini adalah masyarakat ekonomi syariah dan ini adalah masyarakat yang tentunya akan menggaungkan dan menyukseskan terbangunnya Jawa Timur sebagai pusat ekonomi syariah di Indonesia,” kata Emil.
Emil mengatakan, upaya mewujudkan Jatim sebagai pusat ekonomi syariah bukan hal yang mustahil. Pasalnya, beberapa waktu yang lalu Jatim berhasil menyabet Juara Umum dalam penghargaan Adinata Syariah. Meski demikian, tetap dibutuhkan ikhtiar bersama untuk mewujudkan hal tersebut.
Tidak hanya itu, salah satu yang harus terus didorong adalah implementasi _blended finance._ Yakni pengelolaan dana secara bergulir yang mampu memajukan ekonomi syariah dan ekonomi masyarakat kecil di saat yang bersamaan.
“Jadi kita ini menyalurkan pembiayaan itu bukan 100 persen hanya mencari untung, tapi juga bukan untuk mencari rugi. Blended finance adalah pintu masuk bagaimana ekonomi syariah menjadi jawaban untuk membiayai ekonomi yang berpihak kepada masyarakat yang lebih lemah,” katanya.
Lebih lanjut, mantan Bupati Trenggalek itu mengatakan bahwa MES adalah salah satu jalan untuk memberdayakan pesantren. Apalagi tidak kurang dari 6.864 pesantren dan lebih dari sejuta santri ada di Jawa Timur, dan sekitar 1.581 koperasi pesantren atau seperempat diantaranya telah mendapatkan penguatan dari MES.
Penguatan tersebut diwujudkan dengan pendirian agen-agen yang rutin melayani kebutuhan pesantren dan masyarakat sekitar, seperti agen pos, agen bank syariah, serta pertashop. Termasuk melalui penguatan pada produk unggulan pesantren tersebut.
“Sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan pesantren itu sudah kita benahi koperasi pondok pesantrennya. Yaitu melalui bisnis yang captive atau bisnis yang ajek,” tuturnya.
Nantinya, lanjut Emil, ketika telah terbentuk unit usaha dan lembaga yang menjalankannya, maka MES akan lebih mudah untuk membentuk ekosistem yang lebih luas. Caranya, dengan menjalankan tiga pilar penting yaitu memberikan pengalaman bagi santri yang ada di pesantren, produk yang terus ada untuk dipasarkan, dan alumnus yang akan getol menggelorakan ekonomi syariah di lingkungan masyarakat.
“Begitu sudah ada lembaga unit usaha yang ajek maka akan lebih enak menjalankan konsep tiga pilar,” jelasnya.
Kemudian, hal penting yang akan terus diupayakan MES adalah implementasi halal dari hulu ke hilir. Konsep halal ini tidak hanya sebatas bahan baku yang digunakan, tetapi bagaimana proses pengolahannya, sampai pada sertifikasi halal.
“Strategi yang akan didorong untuk mempercepat cakupan produk halal adalah dengan melakukan sertifikasi halal pada unit usaha di tataran hulu yang produknya dimanfaatkan oleh banyak pelaku usaha hilir. Begitu kita halalkan yang di atas, yang di bawah otomatis akan ikut, inilah strategi yang ingin kita dorong, untuk mempercepat cakupan produk halal berbasis self declare“, ucapnya.
Di akhir, Emil menyampaikan rasa syukurnya karena telah banyak halal center di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem yang mendukung terbentuknya ekonomi syariah telah terbentuk dengan baik. Halal center yang ada memiliki peran penting untuk mencetak sumber daya manusia yang akan mempercepat akselerasi peningkatan industri halal di Jawa Timur.
“Kami bersyukur bahwa ekosistemnya ini sudah terbangun sangat baik karena peran masyarakat yang luar biasa termasuk dari berbagai organisasi. Jadi halal center ini banyak diselanggarakan di kampus, di organisasi masyarakat, dan dia menjadi sebuah jangkar untuk mendorong Jatim sebagai pusat ekonomi syariah di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP MES, Erick Thohir menyampaikan bahwa bonus demografi di Indonesia harus bisa dimanfaatkan seluruh pihak termasuk MES Jatim. Ia berpesan kepada Ketum PW MES Jatim beserta jajarannya untuk benar-benar mampu memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan cita-cita Indonesia emas di 2045.
“Empat hal yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong tumbuhnya ekonomi syariah, industri halal dan turunannya, ekonomi digital dan industri kreatif. Ekonomi syariah ini melibatkan peran serta pesantren dan umat, sedangkan industri halal menuntut bangsa Indonesia untuk menjadi produsen bukan sekedar konsumen,” katanya.
“Untuk Mas Emil, saya titipkan empat poin tadi bagaimana kita memanfaatkan momentum yang luar biasa dan hanya datang sekali ini untuk bangsa Indonesia,” pungkasnya. (red)