Kediri – Dhoho Fashion Street merupakan acara yang digelar secara rutin tiap tahun oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri bekerjasama dengan Pemerintah Kota Kediri sejak 2015. Konsepnya adalah fashion show di area terbuka dengan mengundang desainer nasional. Lokasi yang pernah digunakan yaitu Jl. Dhoho yang merupakan jalan legendaris di Kota Kediri dan Taman Sekartaji.
Selain menumbuhkan kecintaan terhadap wastra (kain tradisional) asli Kota Kediri, tujuan penyelenggaraan event ini adalah untuk menginspirasi desainer lain khususnya desainer lokal Kota Kediri untuk menampilkan tenun ikat dan batik asli Kota Kediri menjadi busana dan produk yang lebih bernilai secara komersial. Tak hanya secara kuantitas, tetapi juga secara konsep.
Tahun 2018 ini, tema yang diusung adalah The 4th Dhoho Street Fashion: Warisan Agung Panji-Sekartaji. Kisah Panji merupakan sebuah epos yang lahir pada masa kejayaan Kerajaan Kadiri dengan ibukota Dhaha (yang kini diambil menjadi nama jalan di pusat Kota Kediri, yaitu Jl. Dhoho) dimana Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji merupakan dua tokoh sentral dalam epos tersebut.
Sebagai legenda, kisah ini cukup mengakar di masyarakat Kediri yang digambarkan dalam seni tari jaranan. Pada tanggal 31 Oktober 2017, kisah Panji ditetapkan secara resmi oleh UNESCO sebagai Memory of The World (MoW).
Sedangkan tradisi Panji secara historis dikisahkan melalui relief di beberapa candi di Jawa Timur antara lain Candi Penataran (Kab. Blitar) dan Candi Tegowangi (Pare, Kab. Kediri) sebagai figur bertopi. Lydia Kieven, peneliti berkebangsaan Jerman telah melakukan penelusuran tradisi Panji ini yang dipublikasikan melalui dua buku yaitu Menelusuri Figur Bertopi Dalam Relief Candi Zaman Majapahit (2013) dan Menelusuri Panji dan Sekartaji (2018). Kisah Panji-Sekartaji inilah yang menginspirasi outfit yang ditampilkan di runway pada hari Kamis, 13 Desember 2018 besok di area Taman Sekartaji, Kota Kediri.
Dua fashion designer nasional, yaitu Lenny Agustin dan Didiet Maulana, menafsirkan kisah tersebut melalui busana-busana rancangannya. Lenny Agustin akan menampilkan busana berbahan batik karya perajin asal Kota Kediri, sementara Didiet Maulana mempresentasikan busana berbahan dasar tenun ikat khas Kota Kediri. Sejumlah 24 outfit dari masing-masing desainer tampil pada fashion show kali ini.
“Kehadiran desainer nasional ini, selain menghadirkan tenun dan batik khas Kediri semakin dikenal, juga mendorong desainer Kota Kediri untuk membuat karya lebih bagus,” kata Ferry Silviana Abu Bakar, Ketua Dekranasda Kota Kediri. Menurut Bunda Fey, sapaan akrabnya, para desainer Kota Kediri mendapat bimbingan langsung dari Didiet Maulana dan Lenny Agustin dalam mendesain busana yang akan ditampilkan pada gelaran akbar ini.
Desainer muda asal Kediri, Desty Rachmaning Caesar menampilkan 4 outfit dengan desain kasual. Sedangkan Ahmad Khosim menampilkan 4 outfit busana batik. Ia menerjemahkan tema dengan menampilkan corak sekar teratai mekar, sekar jagad Kota Kediri, dan batik abstrak. Masih dengan batik, Numansa Batik menyajikan motif Panji Laras dan Galuh Candra Kirana dalam 3 outfit sarimbit (couple). Tak hanya desainer profesional, SMK Negeri 3 Kediri juga menampilkan karya-karya para peserta didik jurusan tata-busana. Karya siswa-siswi sekolah ini juga sudah mendapatkan bimbingan dari para desainer. Maksud dari pelibatan siswa-siswi SMK Negeri 3 Kediri adalah untuk mencari bakat-bakat muda agar dapat membawa batik dan tenun ikat menjadi karya yang lebih bernilai kelak.
Tak hanya SMK yang dilibatkan, Kediri Creative City Forum (KCCF) juga turut memberikan dukungan penuh. Forum yang mewadahi karya kreatif Kota Kediri ini tampil dalam showcase untuk menarasikan sejarah tenun ikat Kediri. “Idenya adalah untuk memberi informasi kepada masyarakat dan pengunjung bahwa tenun bukan sekadar kain tetapi juga nilai,” kata Abdul Hakim Bafagih, direktur KCCF. Selembar kain yang menarasikan kisah dari motif-motifnya yang dikerjakan dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Kerja tangan yang layak dihargai. Bukan hanya karena empati tetapi juga kualitas yang disodorkan.
Tentang Tenun Ikat Kota Kediri
Tenun Ikat khas Kota Kediri telah ada sejak periode 1910-an. Bermula ketika seorang penenun beretnis Tionghoa membuka usaha kerajinan tenun di kawasan Jl. Yos Sudarso, Kediri. Bukti historis keberadaan tenun ikat asal Kota Kediri ini adalah kain tenun asal Kediri buatan tahun 1910 yang dikoleksi oleh Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda. Tahun 1985 ketika alat tenun mesin masuk ke Kediri, kejayaan tenun ikat ini mulai surut lantaran tidak bisa bersaing dengan alat tenun mesin. Dari alat tenun mesin ini kebanyakan menghasilkan sarung bermotif kotak-kotak. Keragaman motif yang dimiliki oleh ATBM masih menjadi unggulan yang membedakannya dengan kain tenun buatan pabrik.
Agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan selera konsumen, awal dekade 1990-an para perajin tenun ikat di Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri mulai berinovasi dengan memproduksi motif tenun yang lebih variatif, diantaranya motif kawung, tirto, brantas, kuncup, es lilin, bunga, air, dan beberapa motif abstrak lainnya. Kini, motif-motif tenun ikat makin berkembang. Kelurahan Bandarkidul menjadi sentra produksi tenun ikat di Kota Kediri dengan 14 unit usaha kerajinan tenun ikat dan mempekerjakan ratusan penenun (artisan).
Tentang Para Desainer dan Pendukung Acara
LuxeCesar Boutique
Didirikan oleh Desty Rachmaning Caesar, perempuan kelahiran 4 Desember 1996, setelah lulus dari SMA Negeri 7 Kediri dan kemudian melanjutkan di Sekolah Mode Quinna (Quinna School of Fashion). Dalam rentang tahun 2016 hingga 2017, ia mengikuti pendidikan mode dan fashion show pertama pada 13 Oktober 2017 dalam acara yang dihelat oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) di Kediri. Ia menampilkan beberapa koleksi busana yang mendapatkan banyak apresiasi dari yang hadir, khususnya Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Koleksi LuxeCesar dapat dilihat di IG @luxecesar.
Azzkasim Boutique
Didirikan oleh Ahmad Khosim, alumni Universitas Sunan Giri, Surabaya. Pendidikan formal memang tidak berkaitan dengan desain dan busana. Hanya kemudian ketertarikannya pada dunia fashion membawa dirinya menekuni dunia fashion. Dimulai tahun 2004 mulai merancang AA Style di Surabaya. Tahun 2009 Khosim pindah ke Kediri dan memulai merancang busana sendiri yang dimulai dengan batik tulis. Kemudian pada tahun 2011 dia memulai dengan bordir. Sampai saat ini, Khosim merancang busana dengan berbagai jenis bahan dan outfit. Koleksi Azzkasim dapat dilihat di IG @azzkasim2187.
SMK Negeri 3 Kediri
SMK Negeri 3 Kediri menyelenggarakan 4 (empat) program kompetensi yaitu Jasa Boga, Jasa Butik, Tata Kecantikan Rambut dan Multimedia. Desain busana merupakan kompetensi untuk Jasa Butik. Paar peserta didik diajarkan teknik membuat pola, menjahit, hingga pengetahuan soal brand. Setiap tahun sejak event ini berlangsung, SMK Negeri 3 Kediri selalu ambil bagian dengan mengirimkan rancangan busana kreasi para peserta didiknya di bawah pengarahan para desainer. Website: http://smkn3kediri.sch.id/
Numansa Batik
Numansa Batik merupakan usaha kerajinan batik asli Kota Kediri yang dimiliki oleh Nunung Wiwin Ariyanti yang berbasis di Kelurahan Dermo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Kini Numansa Batik memberikan fokus lebih banyak untuk mengeksplorasi motifmotif yang bercerita tentang identitas dan karakteristik Kota Kediri. Website : http://batikdermo.com/
Kediri Creative City Forum (KCCF)
Merupakan forum yang didirikan pada tahun 2016. Sebuah forum yang cair dengan tujuan untuk mewadahi karya-karya kreatif warga Kota Kediri. KCCF akan konsen pada peningkatan value dari karya kreatif yang dihasilkan sehingga pada akhirnya karya kreatif tersebut bisa menghasilkan pendapatan. Lebih dari itu, diharapkan karya-karya kreatif tersebut dapat menjadi kekayaan Kota Kediri yang dikabarkan pada lingkup yang lebih luas.