Kediri – Masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya penanggulangan stunting dan masih banyaknya orang yang menganggap bahwa stunting hanyalah topik yang perlu menjadi perhatian orang tua semata menjadi perhatian serius pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan lnformatika (Kemkominfo) melalui Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia selaku koordinator kampanye nasional penurunan prevalensi stunting dengan Sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest).
“Generasi milenial, khususnya remaja putri sudah sepatutnya mendapatkan akses informasi dan edukasi mengenai stunting dan pencegahannya. Hal ini karena semakin dini para remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang, maka semakin besar pula kemungkinannya di masa depan mereka akan menjadi orang tua yang melahirkan anak-anak yang terbebas dari stunting,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemkominfo, Wiryanta pada wartawan. Selasa (9/7/2019).
Menurut Wiryanta saat ini masih banyak remaja yang tidak memperhatikan kebutuhan gizinya serta menjalankan diet tanpa memperhatikan asupan gizi. Pada akhirnya kondisi tersebut memicu terjadinya kurang darah atau anemia. Anemia bisa memperburuk kondisi dan jika gizi remaja putri tidak diperbaiki, maka di masa depan akan banyak calon ibu hamil yang kekurangan energi kronis memperbesar risiko anak yang dilahirkannya terkena stunting.
Kediri merupakan salah satu dari 60 kabupaten/kota prioritas stunting pada tahun 2019. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka prevalensi stunting pada balita di Kediri mencapai 35,07 persen. Terdapat sepuluh desa prioritas yakni Pakelan, Kemasan, Bawang, Singonegaran, Blabak, Bangsal, Dandangan, Bujel, Ketami, dan Tinalan.
Oleh karena itu, melalui Forum Sosialisasi Genbest, para peserta yang terdiri dari para remaja putri dari 10 desa prioritas stunting di Kediri, para perwakilan siswa dan siswi SMA dan SMK, perwakilan mahasiswa dan mahasiswi Universitas maupun Sekolah Tinggi di Kediri serta anggota komunitas pemuda di Kediri akan mendapatkan edukasi seputar stunting sekaligus cara pencegahannya. Tak hanya itu, generasi muda juga akan mendapatkan wawasan seputar pemenuhan gizi yang seimbang serta bagaimana cara menjalani pola hidup bersih dan sehat.
Wiryanta berharap dengan sosialisasi Genbest ini bisa menjadi awal bagi para generasi muda. untuk peduli dan aktif tedibat dalam memerangi permasaIahan stunung di Indonesia. Dengan begitu, diharapkan kesadaran akan bahayanya stunting bagi bangsa Indonesia sehingga terbangun dan masyarakat menjadi pro aktif dalam kegiatan penurunan prevalensi stunting.
‘Kami berharap para peserta tidak hanya akan Paham dan peduli mengenai pennasalahan stunting yang terjadi. tapi Juga turut sens Untuk menyebarkan awareness mengenai stunting kepada teman-teman sebaya mereka melalui tatap muka maupun melalui sosial media,” lanjut Wiryanta.
Di Indonesia, angka stunting memang sudah mengalami penurunan dan’ 37.2 persen, menurut hasil Riskesdas 2013 menjadi 30.8 persen menurut Riskesdas 2018. Meskipun persentase tersebut turun signifikan, tapi angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan batas wajar yang ditetapkan oleh WorId Health Organization (WHO) yakni sebesar 20 persen.
Pemerintah RI secara serius menaruh perhatian akan permasalahan stunting banyak kebijakan dan intervensi penanggulangan stunting dijalankan agar persentase stunting bisa menurun. Pemerintah melakukan intervensi dalam dua skema, yakni intervensi spesiflk atau gizi serta intervensi sensitif atau non gizi.
“Intevensi spesifik dilakukan dengan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak. suplementasi gizi, pemben‘an tablet penambah darah, sena konsultasi. Adapun intervensi sensitif dilakukan dengan cara penyediaan sanitasi dan air bersih. Lumbung pangan, alokasi dana desa, edukasi. serta sosialisasi,” tandas Wiryanta. (ad/sam)