Kediri (Jatimsmart.id) – Keluarga Shalfa Avrila Sania menanggapi ‘santai’ penjelasan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), usai menyebarnya berita soal dicoretnya atlet Senam Artistik tersebut dari persiapan Sea Games 2019 Filipina.
“Terkait penjelasan Kemenpora, terkait adanya tindakan indispliner itu merupakan hak dari Kemenpora,” kata Imam Muklas, Kuasa Hukum keluarga Shalfa di Kediri.
Namun demikian, fakta yang dihadapi keluarga adalah sebaliknya. Keluarga tetap menilai ada tindakan tak sesuai prosedur. Keluarga akan membeberkan bukti-bukti alasan pencoretan tersebut ke pihak-pihak terkait. Termasuk hasil visum, yang membantah tuduhan soal keperawanan Shalfa dari RS Bhayangkara Kediri.
“Kita tetap, bahwa proses pemulangan atlet ini ada tindakan unprosedural dan ketidak laziman. Nanti terkait bukti-bukti klarifikasi akan kita sampaikakn ke pihak-pihak terkait,” imbuh Imam.
Lebih lanjut menurut Imam, saat pencoretan dilakukan 13 November lalu, atlet Senam Artistik yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA di Gresik ini telah masuk kontingen Indonesia. Sebab, Shalfa sudah dilakukan vaksinasi, dimana hal itu merupakan tahap akhir pemberangkatan atlet.
Baca juga : Atlet Senam Sea Games, Dituduh Tak Perawan dan Dipulangkan Paksa
Tindakan itu pun membuyarkan impian Shalfa yang bercita-cita sebagai Polwan tersebut untuk membela Indonesia di ajang Internasional.
Penjelasan Kemenpora
Sementara itu sebelumnya, Kemenpora melalui Sesmenpora Gatot S Dewabroto langsung memberikan tanggapan dengan mengonfirmasi langsung ke induk Persatuan Senam Indonesia (Persani).
“Katanya (Persani) ; Tidak betul ada pemulangan oleh pelatih Persani. Yang benar, kata Pak Indra (Pelatih Senam di Jatim), bahwa atlet tersebut indisipliner dan kurang fokus dan berdampak pada prestasi menurun. Sehingga pelatih memutuskan memulangkan dia (Shalfa) dari skuat Sea Games 2019,” kata Gatot, seperti dalam rilis yang diterima oleh redaksi.
Lebih lanjut, menurut Gatot Shalfa digantikan oleh atlet yang prestasinya jauh lebih tinggi. Sesuai Perpres 95 Tahun 2017, hak promosi dan degradasi atlet memang ada di Cabor bukan di Kemenpora maupun Koni.
“Kemenpora tentu cukup prihatin dengan kejadian tersebut. Kami sudah langsung komunikasi dengan Persani. Yang benar, katanya terkait dengan masalah kondisi prestasinya. Jadi tidak ada hubungannya dengan masalah (mohon maaf) cek keperawanan,” imbuhnya.
Namun, disisi lain, Kemenpora mengaku bakal bertindak tegas dengan cabor yang memulangkan atlet sewenang-wenang.
“Kepada seluruh Cabor kami ingatkan untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apapun. Karena itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan. Lebih baik berkonsultasi langsung pada pimpinan induk Cabor ataupun Koni, dan jika tidak dapat terselesaikan langsung ke Kemenpora. Agar isu isu sensitif seperti itu bisa dimitigasi secepatnya,” tutupnya. (ydk)