Kediri – Memasuki puncak musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri melakukan mitigasi terhadap daerah rawan kekeringan. Kendati volume air mulai menurun, namun hingga kini belum ada permintaan dropping air bersih dari masyarakat .
Randy Agatha, Plt Kepala BPBD Kabupaten Kediri mengatakan, berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bulan Agustus dan September 2019 ini merupakan puncak musim kemarau. Untuk itu BPBD Kabupaten Kediri melakukan upaya antisipasi terjadinya krisis air.
Berdasarkan data sementara, BPBD Kabupaten Kediri mencatat ada 9 desa dari 4 kecamatan yang berpotensi terjadinya krisis air bersih dan kekeringan pada lahan pertanian. 9 desa tersebut antara lain, Desa Bobang dan Semen di Kecamatan Semen, Desa Asmorobangun dan Satak Kecamatan Puncu, Desa Bukur, Jerukgulung, Jlumbang, dan Medowo di Kecamatan Kandangan serta Desa Kebonrejo di Kecamatan Kepung.
“Saat ini sedang dilakukan program, PAMSIMAS dari Pusat. Kemudian dari Kabupaten Kediri ada pipanisasi,” katanya
Dari pemantauan sementara, telah terjadi penurunan debet air hingga 10 persen. Tetapi pihaknya memastikan tidak ada krisis air bersih dan kekeringan di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya permintaan dropping air bersih kepada BPBD .
“Di kami (BPBD Kabupaten Kediri) meskipun belum ada laporan krisis air bersih tetap kita petakan sejumlah desa di Kabupaten Kediri yang berpotensi mengalami krisis air bersih,” katanya
Sementara itu, bagi masyarakat Kabupaten Kediri yang merasakan kesulitan dalam mendapatkan air bersih dapat melakukan pengajuan ke BPBD melalui pemerintah desa setempat. Di musim kemarau ini masyarakat diimbau bijak dalam memanfaatkan air bersih dan turut serta mengantisipasi terjadinya kebakaran.