Kediri (Jatimsmart.id) – Potensi cabai di wilayah Kebonrojo, Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri tak selamanya berpihak pada petani. Ongkos tanam yang masih cukup tinggi terkadang justru mematikan nasib mereka. Belum lagi rantai penjualan yang panjang. Sementara, opsi kenaikan harga mau tak mau, akan berimbas pada keresahan masyarakat.
Melihat masalah itu, sekelompok mahasiswa dari Generasi Baru Indonesia (GenBI) Komisariat IAIN Kediri membangun Rumah Kompos untuk 500an petani di Lereng Gunung Kelud tersebut. Sebab, penggunaan pupuk kimia lah yang selama ini dinilai memakan biaya berlebih. Sementara kompos, akan dapat dengan mudah mereka hasilkan dengan memanfaatkan limbah kotoran hewan ternak. Petani pun dapat mengolahnya secara kelompok di rumah berukuran 6×10 meter tersebut.
“Kalau selama ini 100 persen pupuk kimia, nanti minimal 30 persennya, petani dapat menggunakan pupuk kompos ini. Tentu kan ini dapat memangkas ongkos tanam,” kata Inna Nuraini, ketua pelaksana program Rumah Kompos untuk petani ini.
Meski dengan kapasitas 5 Ton ini belum mampu mengcover seluruh lahan pertanian cabai yang luasnya mencapai 300 hektar, namun pupuk organik itu setidaknya mampu memangkas biaya tanam.
“Kalau petani jual dengan harga yang tidak terlalu tinggi saja sudah untung, karena biaya tanam rendah, kan menguntungkan masyarakat juga,” imbuh gadis 20 tahun tersebut.
Inovasi mahasiswa binaan Bank Indonesia ini pun disambut positif oleh para petani. Bahkan lahan untuk rumah kompos ini, merupakan hibah dari warga sekitar.
“(Sambutan) para petani positif. Dari awal pembangunan sampai hari ini peresmian mereka sangat antusias,” terang mahasiswi jurusan Ekonomi Syariah IAIN Kediri itu.
Terpisah, Ketua Gapoktan Aneka Makmur, Kebonrojo Kepung, Kabupaten Kediri, Sumeri mengatakan, pembangunan Rumah Kompos ini akan efektif memangkas biaya tanam sekitar 30 persen.
“Kalau saya kan ngitungnya perbatang ya, Mas. Perbatang komplit sampai perawatan itu sekitar Rp. 10 ribu, bahkan lebih. Ya nanti bisa lah Rp. 7 ribu,” katanya. Sementara biasanya, Sumeri mampu menanam hingga 15 ribu batang di lahan ¾ hektare. Dengan kapasitas tanam itu, tentu pengurangan biaya produksi akan sangat terasa.
Sistem Rumah Kompos, lanjut Sumeri akan dikelola oleh Gapoktan. Sebagai pengembangan ekonomi, pupuk tersebut tidak diberikan secara gratis. Namun, Sumeri menjamin akan jauh lebih murah dengan membelinya di pasaran.
“Nanti kita kemas 20-25 Kilogram. Sebagai pengembangan ekonomi dari kelompok, nanti kita jual ke petani. Petani tidak lagi beli jauh, dan pastinya jauh lebih murah. Saya yakin ini akan mengurangi hingga 50 persen pupuk kimia,” imbuhnya. Di Kebonrojo sendiri, ada 1 Gapoktan dengan 6 kelompok tani, dengan total anggota aktif sekitar 500 petani.
Selain pembuatan Rumah Kompos, dalam peresmiannya ini, GenBI Kediri bersama Genbi Komisariat IAIN Ponorogo, IAIN Tulungagung dan UNIDA Gontor ini juga melaksanakan pengobatan gratis untuk lansia. Serta penanaman bibit buah. Ada hampir 100 bibit buah nangka, durian dan alpukat ditanam di sekitar Embung Kebonrojo yang dibangun oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kediri di Desa tersebut. Nantinya jika berbuah, bibit-bibit hasil kerjasama Genbi dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Hadir dalam kegiatan itu, Siswanto, perwakilan dari Bank Indonesia Kediri, perwakilan Genbi dari beberapa Komisariat, Kepala Desa Kebonrojo, Gapoktan dan perwakilan petani serta masyarakat Desa Kebonrojo. (ydk/jek)