Surabaya (Jatimsmart.id) – Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menurunkan angka stunting terus dilakukan dari berbagai sisi. Hari ini, Selasa (14/2/2023), Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak membuka Rapat Koordinasi Stunting bertajuk Penguatan Pengelolaan Kelompok PAUD Dalam Pencegahan dan Penurunan Stunting di Jatim.
Rapat tersebut digelar oleh TP PKK Jatim dan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim diikuti oleh perwakilan PKK di 38 kabupaten / kota se-Jatim. Dihadiri pula oleh Kabid Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dindik Jatim Suhartatik dan Anggota Pokja II PKK Jatim Enny Isa Anshori.
Dalam sambutannya, Arumi panggilan akrabnya itu berterima kasih kepada seluruh TP PKK kabupaten/kota yang selama ini telah bekerja keras dalam rangka penurunan stunting di Jatim.
“Alhamdulillah, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting Jatim tahun 2022 turun 4,3 persen menjadi 19,2 persen. Ini sudah melampaui batas maksimal WHO yakni 20 persen,” ujarnya.
Meski demikian, Arumi tetap mengajak TP PKK kabupaten/kota untuk tetap meneruskan perjuangan penurunan angka stunting di Jatim sesuai dengan instruksi Presiden RI Joko Widodo bahwa di tahun 2024 target angka stunting di Indonesia bisa mencapai 14 persen.
Arumi menjelaskan, permasalahan stunting adalah masalah yang berkaitan dengan gagalnya tumbuh kembang anak di masa usia hingga 4-5 tahun. Namun, masa emas anak-anak berada di 1000 hari pertama kehidupan. Untuk itu, para orang tua harus betul-betul memperhatikan kecukupan gizinya agar terhindar dari stunting.
Begitupula para guru PAUD juga diminta untuk memperhatikan murid-muridnya apakah ada yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Sebab, lembaga PAUD merupakan salah satu unsur yang berhubungan langsung dengan anak-anak di usia emasnya. Bunda PAUD diharapkan bisa mendeteksi gejala stunting pada murid-muridnya.
“Kemudian bisa menyampaikan ke orang tuanya serta memberikan sosialisasi dan solusi-solusi produktif kepada orang tuanya,” imbuhnya.
Arumi mengingatkan, beberapa kasus stunting ada yang disebabkan para orang tua tidak sempat menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Ada pula yang tidak memperhatikan keseimbangan kebutuhan gizi sang anak.
“Walaupun kalau kelihatannya makan terus gitu dia tetapi makannya ya mungkin tidak banyak yang bergizi gitu ya hanya berat di satu kelompok kategori gizi yaitu karbohidrat karbohidrat nya saja sedangkan untuk tumbuh kembang bukan hanya membutuhkan karbohidrat tapi harus ada protein, serat, dan kelompok gizi lainnya,” ujarnya.
Perhatian orang tua terkait kecukupan gizi anak-anaknya menjadi faktor penting dalam pencegahan stunting. Oleh karena itu, Arumi juga menyinggung terkait Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) dan Sekolah Lansia Tangguh (Selantang). Keduanya merupakan program yang diinisiasi oleh Pemprov Jatim bersama Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim.
Program ini berupaya memberikan edukasi kepada para orang tua untuk mengetahui betul bagaimana merawat dan mendidik anak dengan baik, terutama di 1000 hari pertama kehidupan.
“SOTH ini kurikulumnya sudah terpadu tersusun secara komprehensif. Ada dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lainnya,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Arumi berpesan agar seusai mengikuti rakor ini, para perwakilan TP PKK kabupaten/kota yang hadir bisa meneruskan dan mensosialisasikan ilmu dan wawasan yang didapat dari rakor ke daerahnya masing-masing. Sehingga target nasional angka stunting maksimal 14 persen di tahun 2024 bisa tercapai bersama-sama. (red/kjt)