Blitar (Jatimsmart.id) – Nama Wakil Bupati Blitar Marhaenis Urip Widodo yang telah menjabat selama periode 2015 – 2020 ternyata masih belum menjadi favorit bagi calon pemilih di Kabupaten Blitar. Hal ini diketahui dari hasil survey universitas ternama di Kota Blitar.
Temuan survey yang dilakukan oleh Anam Miftahul Huda dari LPPM Unisba Kota Blitar ini, dilakukan dengan mengunakan metode stratified multistage random sampling, dengan jumlah responden 492 dengan kemungkinan margin of error 5 %.
“Survey ini sudah kami lakukan (23 – 26 Februari 2020) dengan metode pengumpulan data usia 17 tahun keatas atau yang sudah memiliki hak pilih,” terangnya kepada wartawan di Kabupaten Blitar.
Lebih lanjut, Anam melanjutkan, jika untuk nama calon Bupati Blitar Rijanto tidak ada satupun yang mampu mengungulinya. Sebab, presentase untuk popularitas Rijanto masih berkisar 54 persen. Sementara Wakil Bupati Blitar Marhaenis memiliki angka 34 persen.
Namun, kata Anam, tidak membuatnya otomatis mampu bersaing sebagai calon wakil incumben. Sebab dari rilis yang dikeluarkan LPPM Unisba menyebutkan jika Marhaenis masih kalah populer dibandingkan dengan pemilih yang belum menentukan pilihan. Marhaenis memiliki popularitas 34 persen berbanding terbalik dengan jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 48 persen.
“Sayangnya kita tidak bisa paksa responden kenapa seperti ini, sebab setelah mengisi kuisioner lebih memilih untuk diam,” ceritanya.
Dari catatan survey tersebut tercatat jika posisi pendamping Wakil Bupati atau incumben belum aman. Marhaenis meraih angka 34 persen, sedangkan diposisi kedua dimiliki oleh politisi asal Partai Amanat Nasional yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Jatim, Heri Rhomadhon sebanyak 4 persen. Posisi ketiga dimiliki oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari PDI Perjuangan Guntur Wahono dengan presentase sebesar 3 persen.
Sementara jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan atau masa mengambang masih sebesar 48 persen. Komposisi ini menyiratkan jika untuk perebutan Wakil Bupati sebagai pendamping untuk bertarung dalam Pilkada 2020 ini masih dimungkinkan berubah. Besarnya angka masa mengambang tersebut mengindikasikan masih adanya pemilih yang belum menentukan pilihan. (tok/jek)