Tulungagung – Pertengahan musim kemarau ini, elevasi tampungan air waduk Wonorejo, di Desa Wonorejo, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung terus mengalami penyusutan. Susutnya elevasi permukaan air waduk ini menyebabkan pihak Jasa Tirta akan membatasi operasional PLTA Wonorejo, hanya 8 jam per hari.
Saat ini, pola elevasi yang ditentukan oleh Jasa Tirta yakni 174,49 Mdpl, dan teraktualisasi 176,49 Mdpl, sehingga ketersediaan air di waduk Wonorejo masih surplus sekitar 2 Meter atau sekitar 64 juta meter kubik.
Waduk Wonorejo yang membendung aliran sungai Song, sungai Bodeng, sungai Kaliwangi, dan sungai Kaliputih, dengan kedalaman saat elevasi penuh 183 Mdpl berkapasitas 106 juta meter kubik. Pada musim kemarau ini, hanya mendapat pasokan air atau in flow dari sungai Bodeng, sungai Kaliwangi, dan sungai Kaliputih sekitar 1,5-2 meter kubik per detik.
“Saat ini, aliran dari Kali Song nol,” kata Hadi Witoyo, Kepala Sub Divisi I-3 Jasa Asa Perum Jasa Tirta Tulungagung
Kondisi seperti ini membuat petugas Jasa Tirta harus berpikir keras untuk menghemat ketersediaan air di dalam waduk, mengingat saat ini belum memasuki puncak musim kemarau .
Waduk Wonorejo awal dibangun untuk mengendalikan banjir di wilayah Tulungagung, kini mempunyai fungsi sebagai pensuplay air irigasi di tiga kecamatan di Tulungagung, air minum di Surabaya, industri, dan pembangkit tenaga listrik yakni sebesar 10-11 meter kubik per detik. Kini dikurangi rata-rata 3,64 meter kubik per detik .
Untuk menghemat ketersediaan air di dalam waduk, kini pihak jasa tirta membatasi suplai air untuk mengoperasionalkan turbin PLTA Wonorejo yang kapasitas 6,3 MW dari 24 jam menjadi 8 jam per hari.
“Dari sebelumnya 24 jam sekarang tinggal 8 jam sehari. Itu biasanya dioperasikan saat beban puncak, mulai pukul 17.00 Wib dan ditutup 8 jam kemudian,” pungkasnya.(pam/ydk)