Malang, (jatimsmart.id) – Kopi menjadi salah satu komoditas utama di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Seperti halnya produk Kampoeng Kopi Sumberdem 1832, dan Kopi Combre di Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari. Produksi kopinya yang telah berlangsung sejak zaman Belanda membuat kopi Sumberdem legendaris. Namun sayangnya teknik pengolahannya masih tradisional, dengan menggunakan drum bekas untuk sangrai. Hal ini membuat kualitas rasa yang dihasilkan tidak konsisten dan cenderung berubah-ubah.
Dilatarbelakangi permasalahan UMKM tersebut tim pengabdian masyarakat Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menciptakan mesin roasting biji kopi otomatis. Mereka adalah tiga dosen yang ahli di bidangnya, yakni Ketua Tim, Dr. Aladin Eko Purkuncoro, ST.,MT, (Prodi Teknik Mesin D-3) dan anggota Eko Budi Santoso, ST., MM., MT (Prodi Teknik Mesin D-3), serta Ir. Eko Nurcahyo, MT (Prodi Teknik Listrik D-3). Perancangan dan pembuatan mesin ini juga melibatkan lima mahasiswa dalam implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pengabdian masyarakat ini merupakan hibah Program Inovasi Kreatif untuk Mitra Vokasi (Inovokasi), Kedaireka 2024, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Inovokasi yang ditawarkan adalah pembuatan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dapat mengolah kopi dari pasca panen hingga menjadi produk kopi bubuk yang siap dipasarkan. Dengan pembuatan mesin roasting kopi otomatis ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas bubuk kopi pada mitra
“Mesin ini untuk proses roasting atau sangrai yang kami amati selama ini di tempat mitra prosesnya masih tradisional jadi selain rasanya bisa berubah-ubah, jumlah produksinya juga terbatas,” kata Aladin, saat mendemonstrasikan mesin roasting di Kampus 1 ITN Malang, Selasa (10/12/2024).
Untuk menangani hal tersebut, maka Aladin dan tim menawarkan teknologi tepat guna dengan sentuhan Artisan. Mereka melakukan penguatan TTG dengan hardware dan software. Hardware mesin roasting diberi sentuhan software Artisan. Artisan merupakan perangkat lunak yang disini berfungsi membantu mengsangrai kopi dengan mencatat, menganalisis, dan mengontrol profil sangrai. Perangkat lunak ini dapat mengotomatiskan pembuatan metrik sangrai untuk membantu membuat keputusan yang mempengaruhi cita rasa kopi.
“Kalau bisa saya katakan, kopi yang khas itu bisa membuat penikmatnya bilang “Ug”, dan ketagihan. “Ug” nya itu sesuatu yang khas, hanya di Indonesia, hanya di Sumberdem. Dengan Artisan kita bisa membaca temperatur roasting. Temperatur dan kematangan kopi yang pas inilah yang menjadikan kopi memiliki taste atau cita rasa khas,” jelasnya.
Indikator di software Artisan tertera ET sama BT. ET adalah temperatur dari tungkunya, dan BT itu adalah bean temperaturnya (temperatur dari kopi di dalam tungku. Untuk memudahkan pengoperasian mesin tim abdimas sudah menyiapkan SOP (Standard Operating Procedure), dan melakukan pendampingan dan pelatihan kepada mitra.
Awalnya mitra diberi pelatihan dengan mesin roasting tanpa Artisan, namun setelah kopi di grinder dan dikonsumsi rasanya berubah-ubah. Dengan menggunakan Artisan rasa kopi sudah mulai konsisten. Cita rasa kopi yang utama dipengaruhi faktor roasting. Kesalahan kurang matang atau terlalu matang akan berpengaruh terhadap kualitas rasa bubuk kopi.
Rancangan mesin roasting dosen ITN Malang ini juga membuat hasil kopi sangrai memiliki kematangan yang merata, dan kualitasnya bagus. Mesin mampu meroasting 40-50 kg biji kopi dalam sekali produksi. Mesin ini juga dilengkapi dengan blower. Untuk bahan bakarnya menggunakan gas LPG.(Red)