Trenggalek – Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menyoroti maraknya perburuan benur atau anakan lobster oleh para nelayan di Teluk Prigi, Trenggalek. Saat peresmian TPI Higienies di Kabupaten Trenggalek, Selasa (05/02/2019) siang, Susi mengatakan perburuan benur akan berpotensi memusnahkan lobster di kawasan perairan selatan.
“Dulu tahun 90an jaman saya masih berjualan lobster, kiriman sehari setengah sampai satu ton, sekarang 100 kilo lobster besar sehari ada? Tidak ada, karena bibitnya ditangkap,” kata Susi semprot para nelayan.
Secara ekonomi menurut Susi, nelayan seharusnya justru merugi karena anakan lobster hanya mampu dijual Rp. 10 ribu – Rp. 40 ribu, padahal di Vietnam, lobster berukuran besar mencapai jutaan rupiah. Sehingga nelayan diharapkan mampu membaca potensi ini.
“Tolong, lama lama habis, tidak ada lobster. Kalau tidak ada indukan, memangnya batu bisa nglahirin lobster apa?” tegas Susi
Kondisi itu ditemukan Susi dalam kunjungan kerjanya selama dua hari, di Kabupaten Trenggalek. Senin-Selasa (4-5/02/2019).
Selain itu, Susi juga menemukan penggunaan mata jaring ikan oleh nelayan yang terlalu kecil, sehingga menganggkat ikan ikan anakan seperti Tuna dan Layur yang masih 3-5 ons. Menurutnya, perlu adanya perda terkait ukuran tersebut sehingga ekosistem laut terjaga. Lagi lagi menurut Susi ini akan merugikan nelayan dari segi ekonomi. Karena ikan kecil akan dibeli murah oleh tengkulak, sementara mereka tak mampu mendapatkan ikan berukuran besar.
Susi menyindir, saat ini ikan layur di tempat pelelangan ikan hanya lebih besar sedikit dari spageheti. Harganya pun jauh dari pasar di Jawa Barat dan daerah lain.
“aturan di pusat itu paling kecil 4 inchi, disini skrng setengah inchi. Kelambu nyamuk lama lama dipakai nangkep ikan. Termasuk itu, rumpon. Rumpon akan saya sikat” katanya sindir nelayan.
Kesadaran ini menurut Susi sangat diperlukan oleh nelayan sehingga ikan tak akan habis, dan generasi ratusan tahun berikutnya masih dapat merasakan kekayaan sumber alam Indonesia. (pam/ydk)