Kediri (Jatimsmart.id) – Tradisi Lebaran Ketupat, di tujuh hari paska Idul Fitri sangat berarti bagi seluruh umat muslim. Lebaran yang identik dengan tradisi kenduri ketupat dan ajang silaturahmi ini, hingga kini masih lestari di pinggiran-pinggiran Kediri
Sebelumnya warga sibuk memasak ketupat ini untuk di konsumsi secara khusus pada hari lebaran ketupat. Selain dikonsumsi sendiri, ketupat yang dilengkapi dengan kuah khas ini juga dibagikan ke rumah-rumah tetangga dan saudara. Puncaknya, disantap bersama warga di setiap masjid dan musala, pada pagi hari, tepat tanggal 8 syawal.
Seperti yang ada pinggiran Kabupaten Kediri, tepatnya di lingkungan Masjid Miftahul Huda Desa Mlati, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri ini. Sejak pagi hari, warga sekitar rumah ibadah ini sudah berdatangan dengan membawa ember berisi ketupat, sayur dan lauk untuk keperluan kenduri.
Setelah didoakan, kemudian ketupat dimakan secara bersama-sama. Suasana pun penuh dengan keakraban. Momentum tersebut juga dijadikan sebagai ajang halal bihalal dan bersilaturahmi antar sesama.
Ketua Takmir Masjid Miftahul Huda Mohammad Sholikin mengatakan, kenduri ketupat pada tanggal 8 Syawal merupakan bentuk majelis tasyakuran dan doa usai menunaikan kewajiban rukun Islam yakni puasa dan ibadah sunnah lainnya pada bulan Ramadan.
“Tradisi kenduri ketupat setiap 8 Syawal ini sudah berlangsung secara turun temurun di masyarakat sini. Selain mendapat pahala dan keberkahan, juga bisa mempererat tali silaturahmi antar warga. Apabila pada hari raya kemarin ada yang belum sempat bertemu dengan tetangganya, dapat berhalal bihalal, saling bermaaf-maafkan,” kata Solikhin, pada Kamis (20/5).
Perlu diketahui, kegunaan kenduri ketupat sendiri, untuk menyimbolkan nasi yang ada di dalam ketupat, agar jangan sampai keluar dari bungkusnya yang tersusun dari janur atau daun pohon kelapa. Sama juga dengan diri seseorang untuk membungkus raga dan nyawa yang sudah bersih jangan sampai terkena noda-noda dosa pada tahun-tahun yang akan datang. (ydk/jek)