Nganjuk (Jatimsmart.id) – Puluhan perempuan duduk bersila di sanggar senam Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Mereka sibuk membungkus nasi dengan kertas minyak berwarna coklat. Di luar, perempuan berjilbab berdiri di hadapan wajan penggorengan. Pandangannya fokus ke arah minyak panas yang berada lebih rendah. Tangannya menggenggam sutil stainless dan sigap membalik tahu yang mulai terlihat kecoklatan agar tidak gosong. Di sebelahnya, perempuan lain sedang menggoreng telur, dengan kompor gas kecil. Dua tungku digunakannya sekaligus.
Siang itu, aktivitas di dapur umum memang sangat-sangat sibuk. Maklum, dari dapur inilah kebutuhan paling vital soal perut dari para pengungsi korban longsor Ngetos dan petugas disiapkan. Saat itu, Tim Tagana dan relawan dari berbagai daerah tengah berkejaran dengan waktu. Maksimal pukul 15.00 Wib, 1.000 bungkus makan siang sudah harus terdistribusi ke para pengungsi dan petugas yang terus bekerja melakukan penanganan bencana longsor tersebut.
BACA JUGA:
- Pencarian Korban Longsor Nganjuk Terkendala Lumpur Tebal
- Kementerian Dorong Percepatan Relokasi Korban Bencana Longsor Nganjuk
- Mensos Risma Puji Penanganan Bencana Longsor di Nganjuk
“Kebutuhan kebetulan sangat tinggi. Kami bisa melaksanakan pemenuhan kebutuhan sekali makan itu 1.000 bungkus, 3 kali makan. Kami mendistribusikannya sesuai jam,” kata Priyo Prasojo, Koordinator Lapangan Tagana Jawa Timur, Rabu (17/2).
Untuk makan pagi, tim harus rampung mendistribusikannya maksimal jam 09.00 Wib, makan siang maksimal sampai jam 15.00 Wib dan makan malam maksimal jam 19.00.
Untuk kebutuhan itu, lanjut Priyo, timnya harus memasak nasi hingga 100 kilogram, untuk sekali makan. Peralatan pendukung dari Tagana provinsi dan daerah di sekitar Nganjuk didatangkan, untuk mempercepat proses tersebut. Sementara untuk lauk, pria berperawakan tinggi besar itu menjamin tak sekadar bikin kenyang.
“Kita juga harus menyesuaikan gizinya juga. Karena Basarnas juga meminta ke kami untuk gizi yang besar,” imbuhnya.
Siang itu, Priyo bersama tim menyiapkan tahu goreng, telur dadar, dan sambal terong. Seperti diketahui, makanan berbahan dasar kedelai dan telur itu memiliki nutrisi yang baik bagi tubuh. Sementara untuk makan malam, ia berencana memasak capcay goreng untuk para pengungsi dan relawan.
“Kita tidak bisa memastikan (menu). Tergantung ketersediaan stok. Kebetulan ada wortel, timun, besok ini kita akan buat acar.” jelasnya.
Saat ini Priyo memastikan stok kebutuhan pangan hingga beberapa hari ke depan aman. Bantuan dari pemerintah, komunitas relawan, dan masyarakat bahkan masih terus mengalir. Hingga hari ini, juga hampir tak ada kendala berarti yang dialami oleh timnya. Proses pemenuhan kebutuhan hingga distribusi berjalan lancar.
“Kendala cuman keterbatasan diawal karena alat di Tagana Nganjuk terbatas. Jadi harus didukung dari provinsi, Kabupaten Kediri, Tuban, Bojonegoro,” jelasnya.
BACA JUGA:
- 14 Pengungsi di Posko SDN 3 Ngetos Nganjuk Reaktif
- Update Bencana Longsor Nganjuk, 3 Jenazah Ditemukan
- Jopansah dan Jopinsah, Bocah Kembar yang Lolos dari Bencana Longsor Nganjuk
Dapur umum ini akan ada hingga tanggap darurat selesai. Mereka akan terus semangat melayani para pengungsi dan seluruh petugas disana.
Seperti diketahui, longsor menerjang Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Minggu (14/2) malam. Sebanyak 10 rumah roboh, puluhan orang hilang. Hingga hari kedua pencarian 12 orang ditemukan meninggal dunia, 7 lainnya masih dalam pencarian. (ydk)