Tulungagung (Jatimsmart.id) – Beragam cara dapat dilakukan untuk melestarikan batik, sebagai budaya warisan leluhur. Diantaranya, dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran.
Hal ini dilakukan oleh SMAN 1 Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung sejak 2008 silam. Seluruh siswanya, disemua tingkatan tanpa terkecuali diwajibkan untuk bisa membatik.
Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungwaru Harim Soedjatmiko mengatakan, kurikulum membatik pertama kali dilaksanakan saat sekolah ditunjuk sebagai sekolah unggulan. Pihaknya kemudian memilih batik sebagai unggulan lokal yang perlu diajarkan kepada siswa.
“Tulungagung dulu merupakan salah satu pusat kerajinan batik dan terkenal luas karyanya,” kata Harim saat ditemui di sekolah, Rabu (2/10).
Kurikulum membatik di sekolah ini terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Mereka diajarkan cara menganalisis batik melalui pendekatan ekonomi dan kesenian.
“Siswa tidak hanya diajari teknik dasar membatik, namun juga diberi wawasan tentang prospek ekonomi batik kedepan dan strategi penjualannya,” terang Harim.
Batik hasil karya siswa SMAN 1 Kedungwaru pun sering diikutkan pameran dan sudah banyak dijual di pasaran. Karyanya sering dijadikan souvenir saat acara wisuda dan diberikan ke beberapa wali murid.
Melalui kurikulum ini pihak sekolah berharap siswa tidak hanya ikut melestarikan wrisan leluhur, namun bisa menekuni dan mengembangkan karya seni ini.
“Kita membekali siswa salah satunya dengan batik ini,” tuturnya.
Salah satu siswi SMAN 1 Kedungwaru kelas XII, Vira Agung Praningtias mengaku tertarik dengan batik setelah mecoba membuatnya sendiri. Motif batik Majan khas Tulungagung menjadi motif favoritnya. Selain belajar cara membatik, Vira juga ikut mendesain batik.
“Yang jelas, batik merupakan asli Indonesia, warisan leluhur yang harus dijaga kelestariannya,” imbuhnya. (pam/ydk)