Kediri – Industri busana Muslim di Indonesia terus berkembang. Beragam karakter model busana lahir dari sejumlah desainer kenamaan di Indonesia. Hijup, sebagai wadah dari ratusan desainer ini pun terus melebarkan sayap dengan kembali membuka Offline Store di Jawa Timur, yakni Kota Kediri.
Hadirnya e-Commerce fashion Muslim pertama di dunia, di Kediri ini merupakan komitmen mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan para muslimah dalam berbusana dengan ragam karakter yang unik dan berbeda. Tak hanya itu, Chief Executive Officer of Hijup, Diajeng Lestari pun sangat terbuka terhadap potensi desainer lokal.
“Kita pada dasarnya sangat terbuka (untuk desainer lokal), karena kan kita memiliki visi untuk bagaimana Indonesia menjadi pusat busana Muslim dunia. Dan dari Sabang sampai Merauke pastinya kan ada potensi-potensi itu. Ketika ada desainer yang bermunculan kita sangat terbuka untuk memberikan kesempatan tersebut,” kata Diajeng Lestari usai membuka Hijup Store di Kediri, Sabtu 27 April 2019 kemarin.
Di Hijup sendiri ratusan desainer memiliki karakter brand yang berbeda. Sebut saja Ria Miranda, dengan karakternya yang feminis dengan mengkolaborasikan warna pastel dan motif yang atraktif, Dian Pelangi yang dikenal selalu menggunakan sentuhan etnik dan tradisional. Baik batik, maupun kain kain songket Palembang, serta sejumlah desainer lain.
Di Kota Kediri sendiri, ada sejumlah nama yang kerap tampil dalam Dhoho Street Fashion, agenda tahunan sebagai upaya mengenalkan para desainer lokal di Kota Kediri. Diantaranya Desty Rachmaning Caesar, Ahmad Khosim, Numansa Batik serta desainer lain. Dengan banyaknya kain tradisional di Kota Kediri yang indah, ini tentu mampu menjadi apresiasi bagi mereka untuk terus berkembang dengan gayanya.
Lebih lanjut, menurut istri dari CEO Bukalapak tersebut, keberagaman karya desainer itu lah yang membuat fashion Indonesia lebih maju.
“Nah kita melihat bagaimana kota-kota pusat fashion dunia bekerja, membuat suatu ekonominya maju. Misal contoh di Italy, ada Milan. Di Milan itu ada suatu distrik fashion, dimana disitulah tumbuh brand-brand dunia. Jadi kita ingin menggunakan sistem tersebut di Indonesia,” imbuhnya.
Pemilihan Kota Kediri
Offline store sendiri dibuka untuk melengkapi pemasaran secara online. Pemililhan Kota Kediri sebagai toko ke 14 menurutnya, karena Kota Kediri dinilai sedang berkembang, perekonomianya pun cukup baik. Dari catatan mereka, peminat fashion di Kediri berada diurutan ke 3 dari 5 besar di Jawa Timur.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh sejarah keislaman di Kediri dengan keberadaan pesantren-pesantren besar. Menurutnya, kondisi ini sesuai dengan visi Hijup, empower change atau bagamana pihaknya bisa melakukan sebuah perubahan, dari umat muslim agar semakin maju dan terbuka.
“Terutama untuk muslimah ya, mungkin awalnya dari penampilannya, tapi kita ingin lebih dari look gitu, look good feel good dan do good. Pada akhirnya kita bisa meng-influence kebaikan atau meng-empower change, mengadakan perubahan yang baik untuk Indonesia,” terang Diajeng.
Toko cabang di Kediri bekerja sama dengan Livia Sandra sebagai partner. Tokonya berada di Jl. Joyoboyo Kota Kediri dengan pilihan yang beragam, untuk memenuhi selera warga Kediri yang berbeda.
Trend Fashion Muslim
Sementara itu di setiap momentum, fashion selalu memiliki tren berbeda. Menjelang ramadan kali ini, Diajeng melihat adanya tren ke arah warna soft, warna putih dengan model dress-dress panjang dan sedikit sentuhan glamour pada momentum hari raya nanti.
“Jadi agak sedikit berbeda dari yang daily activity untuk kebutuhan bajunya,”
Meski tidak secara pasti, namun ia yakin, tren tersebut yang akan lahir dan menjadi pilihan masyarakat menjelang Ramadan kali ini. Tapi menurut Diajeng, setiap orang tentu memiliki selera fashion yang berbeda, yang tentu tidak bisa dipaksakan. (ydk/sam)