Surabaya (Jatimsmart.id) – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur berkomitmen melakukan percepatan program revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi sesuai Perpres 68/2022 dengan menyiapkan seluruh infrastruktur yang dibutuhkan, salah satunya dengan mendirikan Rumah Vokasi dan Konsultan Vokasi di setiap kabupaten kota di seluruh Jatim.
Rumah Vokasi adalah rumah bersama, yang didalamnya ada Kadin, Apindo dan asosiasi lain, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan sehingga kolaborasi bisa terjalin dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Hingga akhir 2023, Kadin Jatim menargetkan pendirian Rumah Vokasi di 12 kabupaten dan kota, yaitu Gresik, Surabaya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Tuban, Lamongan, Jember, Banyuwangi, Batu, Pasuruan dan Ngawi.
“Sekarang masih Gresik yang sudah ada. Ini sedang kami siapkan pendirian Rumah Vokasi di 12 kabupaten kota. Sasaran kita memang tempat industri, baik manufaktur maupun pariwisata. Di Kota Batu misalnya, kita fokus pada pariwisata. Kita dirikan Rumah Vokasi, ini dalam rangka percepatan harmonisasi dunia industri dan dunia pendidikan. Hari ini kami melakukan pelatihan pelatih tempat kerja, dilanjutkan pelatihan konsultan vokasi yang diikuti oleh Kadin kabupaten kota,” kata Adik Dwi Putranto di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Jumat(24/3/2023).
Adik mengatakan, Konsultan Vokasi ini nantinya akan menjembatani antara Dunia Usaha dan Dunia Industri (DuDi) dengan dunia pendidikan untuk melakukan harmonisasi kurikulum atau me-link and match-kan kurikulum.
“Setiap tahun kita dengar kata link and match, link and super match dan harmonisasi kurikulum. Tetapi kita tidak pernah membahas tentang bagaimana caranya. Nah, kami memulai dengan menyiapkan infrastrukturnya, mendahului juknis Perpres 68/2022 yang rencananya baru turun minggu depan,” katanya.
Oleh karena itu, pelatihan pelatih tempat kerja menjadi program utama Kadin Jatim yang berfungsi agar di setiap industri ada pelatih tempat kerja. Diharapkan, jika ada siswa atau mahasiswa yang magang, maka mulai awal hingga 6 bulan kedepan, sudah ada kurikulum baku yang menjadi rujukan. Dalam pelaksanaannya, Kadin Jatim bekerjasama dengan IHK Trier (Kadin) Jerman, GIZ dan Swiss Context.
Adik menegaskan, revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi menjadi keniscayaan karena problem industri saat ini adalah rendahnya produktifitas kerja. “Dengan adanya pelatihan tempat kerja dengan menerima pemagangan, maka industri bisa mencetak sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Semakin efisien, maka daya saing akan semakin tinggi,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Program Kemitraan Vokasi IHK Trier (Kadin Jerman) Andreas Gosche mengatakan, kerjasama Kadin Jatim dengan Kadin Jerman sudah terjalin sejak tahun 2017 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia.
“Untuk itu, Kadin memiliki peran sangat penting karena Kadin sangat dekat dengan dunia industri, dunia usaha dan tenaga kerja. Dan salah satu hal penting dalam industri adalah mencetak guru di industri untuk sekolah tempat kerja. Ini konsen utama Ketum Kadin Jatim,” ungkap Andreas Gosche.
Hingga saat ini, pelatihan sudah belasan kali dilaksanakan dalam bentuk tandem training sehingga setelah lulus bisa memahami secara konkrit apa yang dibutuhkan di industri dan sekolah.
“Yang baru selesai dilakukan hari ini adalah pelatihan pelatih tempat kerja atau pelatihan Ausbildung der Ausbilder International Basic (AdAIB) dengan double degree atau dua sertifikat, satu sertifikat AdAIB yang diberikan IHK Treir Jerman dan yang kedua sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),” terangnya.
Hingga saat ini, jumlah pelatih tempat kerja yang sudah dilatih oleh Kadin Jatim bersama IHK Trier mencapai sekitar 200 pelatih, sementara seluruh Indonesia jumlahnya diatas 800. Jumlah tersebut dinilai masih kurang karena dibanding jumlah industri yang ada, masih sangat kecil.
“Apalagi dari pelatih yang telah mendapatkan sertifikat tersebut juga ada yang pensiun. Untuk itu, sosialisasi harus terus digencarkan karena kesadaran industri terhadap pentingnya program vokasi masih rendah,” pungkasnya. (red/kjt)