Blitar – Kebijakan Kementrian Pertanian (Kementan) yang meminta industri pembibitan unggas Indonesia memusnahkan atau membagikan 10 juta telur ayam secara cuma-cuma, membuat peternak ayam petelur di Blitar resah.
Alasan Kementan mengurangi pasokan ayam di pasaran untuk mendongkrak harga daging ayam yang rendah, justru mengancam para peternak. Mereka bisa saja merugi.
Sebab sejak sepekan terakhir, permintaan telur ayam dari peternak di Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, terus berkurang. Permintaan dan omzet penjualan dari beberapa pasar juga terus mengalami penurunan karena telur tetasan saat ini pun sudah beredar dengan harga yang sangat murah.
Jika kebijakan itu benar-benar dijalankan, menurut Sukarman, Ketua Asosiasi Peternak Telur Blitar bisa saja membuat para peternak merugi karena melimpahnya pasokan di pasaran.
“Kalau menurut saya, kalau telur 10 juta telur dibagikan ke masyarakat itu sangat mengganggu telur dari peternak. Tapi kalau dimusnahkan saya setuju,” kata Sukarman
Lebih lanjut, kebijakan pembagian 10 juta telur dari Kementan, dinilai warga hanya akan merusak harga pasar. Selain itu, kebijakan tersebut juga tidak akan berpengaruh banyak pada peningkatan harga daging ayam di tingkat pedagang.
“Seandainya diberikan, saya mohon pada pak Menteri diberikan pada masyarakat Indonesia di wilayah Timur misal di Papua, atau Irian sana. Disana sangat membutuhkan,” imbuhnya
Saat ini harga telur di tingkat peternak, berada di angka Rp. 16 ribu perkilogramnya. Padahal harga acuan minimum yang ditetapkan pemerintah adalah Rp. 18 ribu perkilogramnya.
Sementara itu, harga daging ayam di Indonesia sepanjang 2019 tercatat pada posisi terendah sejak 2016. Mengutip dari Kumparan Bisnis yang ditulis oleh South China Morning Post (SCMP), rendahnya harga daging ayam ini memang menguntungkan konsumen atau masyarakat. Sebab, mereka akan dengan mudah memperoleh sumber protein. Namun, sebaliknya, kondisi ini justru beban bagi peternak atau pengusaha unggas. Harga daging ayam di ritel turun 25 persen menjadi Rp. 30.050 atau setara USD 2 perkilogram sepanjang tahun 2019. Harga tersebut terendah sejak juli 2016.