Blitar (Jatimsmart.id) – Jamasan atau siraman Gong Kiai Pradah merupakan salah satu warisan budaya leluhur, yang masih terjaga di Kabupaten Blitar. Tradisi ini rutin dilakukan, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini pun selalu menarik minat ribuan wisatawan, baik lokal hingga Mancanegara.
Senin, 11 November 2019, tepat 12 Rabi’ul awal tahun Hijriyah, tradisi ini kembali digelar. Ribuan masyarakat pun telah memadati Alun-alun Lodoyo, Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar sejak pukul 08.00 WIB.
Seperti biasa, tradisi ini dibuka oleh Bupati Blitar, Rijanto. Sementara turut hadir, Wakil Bupati Blitar, Marhaenis Urip Widodo, bersama Forkopimda, Jajaran OPD Kabupaten Blitar dan tamu kehormatan lainnya.
“Ini kegiatan yang setiap tahun kita gelar. Ini tradisi peninggalan leluhur kita. Maka kita wajib menguri-urinya,” kata Bupati Blitar, Rijanto. Tradisi ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Pemerintah Pusat.
Prosesi penjamasan Gong Kiai Pradah berupa alat musik gamelan diawali dengan pembacaan goro-goro atau sejarah Kiai Pradah. Setelahnya, Gong diarak oleh juru kunci ke tempat penjamasan untuk disucikan dengan air kembang setaman.
Sementara itu, usai prosesi siraman, masyarakat berebut sisa air yang mereka yakini akan membawa berkah. Masyarakat pun rela berdesakan, demi air suci tersebut. Jaipah, salah satu warga mengaku, percaya air sisa jamasan akan membuatnya awet muda.
“Rutin setiap setiap tahun selalu ikut. Semoga berkah, membawa rejeki dan katanya bikin awet muda,” kata Jaipah.
Rijanto pun berharap Siraman Gong Kiai Pradah tak ditinggalkan dan dilupakan oleh generasi muda sebagai warisan leluhur. Melalui tradisi ini pun, menurut Rijanto mampu membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat Kabupaten Blitar. (yud/ydk)