Kediri (Jatimsmart.id) – Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Kediri menyambangi Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata Kota Kediri. Melalui program, Immigration Goes to School, Imigrasi Kediri ingin memberikan pemahaman terhadap masyarakat khususnya milenial terkait tugas dan fungsi imigrasi.
Ini merupakan kampus pertama di 2020 yang disambangi Imigrasi. Dipilihnya IIK Bhakti Wiyata bukan tanpa alasan. Kampus ini merupakan salah stau kampus terbesar dan terbaik di Kediri yang terdapat mahasiswa asing dalam jumlah yang cukup besar.
Selain sharing motivasi dan inspirasi, Dalam materinya Afif Nurwilianto Kepala Sub Seksi Informasi menjelaskan mengenai tugas dan fungsi imigrasi pada 200an mahasiswa dan siswa yang hadir.
“Tugas dan fungsi imigrasi bukan saja menerbitkan paspor namun juga izin tinggal dan pengawasan terhadap keberadaan dan aktivitas Orang Asing”, kata Afif Nurwilanto.
Afif juga menjelaskan bagaimana pentingya memiliki dokumen perjalanan (paspor) bagi
milenial untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana budaya dan perkembangan negara lain. Di samping itu, dijelaskan pula mengenai Program Berlibur dan Bekerja (Work and Holiday
Progamme) yang merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dan juga Australia telah berjalan sejak 2009. Program ini sebelumnya hanya 100 orang saat ini sudah bertambah menjadi 1000 orang. Program berlibur dan bekerja (Work and Holiday Programme) yang lebih dikenal dengan WHV (Work and Holiday Visa) merupakan program kegiatan yang tujuannya dibentuk untuk mendorong pertukaran budaya dan sebagai ajang untuk menjalin hubungan antar warga (people to people) Indonesia dengan Australia. Khususnya untuk pemuda-pemudi, agar satu sama lain dapat saling mengenal/memahami budaya atau kebiasaan setempat dan berujung untuk mewujudkan terciptanya perdamaian.
Materi mengenai WHV disampaikan oleh Catur Fachul Ulum. Catur merupakan salah pemegang WHV dan pernah tinggal selama 1 tahun di Australia. Dalam pemaparannya Catur banyak membahas bagaimana memperoleh visa tersebut, dan juga kehidupan selama di Australia.
“Adalah sebuah kesempatan emas bagi kita kawula muda, untuk dapat mengetahui budaya dan kehidupan negara lain tentunya juga mendapatkan bayaran dari kerja-kerja casual yang saya lakukan disana,” ungkap Catur Fachul Ulum. (*)