Tulungagung (Jatimsmart.id) – Harga cabai dari tingkat petani di Kabupaten Tulungagung anjlok akibat pandemi COVID-19. Tidak ada yang bisa dilakukan petani, selain menunggu kondisi kembali normal. Sembari menghemat biaya peroduksi dan perawatan tanaman agar tak semakin merugi.
Kondisi anjloknya harga cabai ini di alami Lukman Hakim, petani cabai di Desa Padangan, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Anjloknya harga ini berlaku untuk semua jenis cabai. Mulai dari cabai besar, cabai keriting dan cabai rawit.
Jika sebelumnya harga semua jenis cabai di tingkatan petani ini di kisaran Rp. 19.000 hingga Rp. 20.000 perkilogram, kini harga cabai besar hanya Rp. 8.000 perkilogram, dan cabai keriting hanya Rp. 7.000 perkilogram. Sementara yang paling parah adalah harga cabai rawit yang kini hanya di angka Rp. 11.000 dari sebelumnya yang mampu menembus harga Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 perkilogramnya.
“Sudah sejak pertengahan bulan April lalu,” kata Lukman Hakim.
Petani di Tulungagung biasanya menjual cabai hasil penennya ke sejumlah pasar besar di eks-Karisidenan Kediri, Surabaya dan Jakarta. Namun kini permintaan cabai pun menurun drastis.
“Permintaan juga turun, karena banyak-nya warung makan yang tutup,” imbuhnya. Juga rendahnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi COVID-19.
Dengan kondisi ini, petani hanya bisa pasrah dan berusaha menghemat biaya produksi dan perawatan tanaman sambil beharap kondisi kembali normal. Jika kondisi tidak berubah, petani memilih untuk tidak menanam cabai atau beralih ke tanaman lain. (pam/jek)