Jombang (Jatimsmart.id) – Jombang yang lebih dikenal sebagai kota santri, ternyata menyimpan sejarah besar tentang awal mula penyebaran agama Kristen di Jawa. Gereja tua di Desa Mojowarno ini lah saksi sejarah dan bukti tersebut. Selain itu, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di daerah kelahiran Mantan Presiden Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini sebagai simbol kebhinekaan dan kerukunan antar umat beragama.
Perkembangan agama Kristen di Jombang dapat dikatakan bermula dari desa ini. Melalui Nederlandsch Zendeling Genotsch atau Serikat Misionaris Negeri Belanda yang diutus untuk menyebarkan agama Kristen di Hindia Belanda, jemaat Kristen di Mojowarno mengalami perkembangan.
Bukti berupa prasasti di gereja tua Jombang ini, atas gagasan Paulus Tosari atau Kasan Jariyo. Berdiri di barat jalan Mojowarno-Bareng, proses pembangunan GKJW Mojowarno dilaksanakan pada tahun 1879-1881. Kemudian diresmikan oleh Christina Chaterina Kruyt. Letak gereja tua Jombang ini juga tak jauh dari keberadaan pabrik gula Tjoekir yang berdiri di zaman kolonial.
Perpaduan unsur Jawa dan Eropa menjadi gaya bangunan GKJW Mojowarno. Menurut Djoko Soekiman, sejarawan kelahiran Jombang, dalam bukunya Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. Ciri bangunan yang demikian ini merujuk pada hasil budaya yang disebut sebagai kebudayaan Indis yang memang lahir dan berkembang di Hindia Belanda.
Unsur Jawa terdapat pada tulisan yang terpahat di dinding menggunakan aksara Jawa dan unsur Eropa terlihat melalui gaya bangunan bercitarasa gothic.
Handinoto, sejarawan yang kerap melahirkan tulisan mengenai arsitektur dan tata ruang kota. Menyematkan kata Indische Empire Style pada gaya bangunan GKJW ini. Keberadaan taman dan pelataran depan yang luas mengingatkan kembali pada bangunan-bangunan peninggalan Belanda di beberapa kota.
Jombang sepertinya mampu membuktikan diri sebagai kota beriman yang memaknai iman dalam arti sesungguhnya. Di daerah yang terkenal sebagai basis pesantren di Jawa Timur ini justru tersimpan sejarah penyebaran dan perkembangan agama Kristen di Jawa.
Hingga dewasa ini, kerukunan itu masih sangat terasa. Tak pernah ada permasalahan yang timbul dari perbedaan ini. Bahkan pada hari besar keagamaan, mereka saling berkunjung. Pun dengan adanya masyarakat yang meninggal. (bib/ydk)