Mojokerto (Jatimsmart.id) – Kembang atau bunga kol merupakan tumbuhan sayuran yang lazim dikenal sebagai kubis bunga. Sayuran berbentuk brokoli yang satu ini berhasil dibudidayakan oleh petani yang ada di Kota Batu. Salah seorang petani yang membudidayakan kembang kol adalah Tarim. Petani di Kota Batu ini menggunakan benih jenis Ilona yang dibeli dengan harga Rp 150 ribu.
“Budidaya bunga kol diawali dengan pembibitan dengan sistem tebar di media semai. Penanaman tidak terlalu teratur tetapi hasilnya cukup memuaskan,” ungkapnya.
BACA JUGA:
- Petani Banyuwangi Kembangkan Jeruk Dekopon, Pemerintah Pasok Pupuk Gratis
- DKPP Kembali Fasilitasi Petani Dapatkan Sertifikasi Prima 3
- Dirikan Kedai Kopi, Sekelompok Warga Lereng Kelud Dukung Petani Kopi
Dalam budidaya, Tarim menggunakan sistem baris ganda 40×60 cm dengan mulsa plastik hitam perak. Sebelum budidaya, lahan diolah gembur dengan bedengan lebar 1 m dan tinggi 20 cm. Pemberian pupuk dasar seminggu sebelum tanam yang digunakan pupuk kandang.
Tarim menyarankan, supaya tanaman tumbuhnya baik sebaiknya memakai mulsa dan lubangnya dibuat teratur 40 atau 50 cm. Kemudian satu lubang satu benih, sehingga daunnya kelihatan menumpuk. Pemupukan dilakukan setelah menanam sekitar satu minggu, kemudian satu bulan dan diakhiri 1 bulan setengah. Sedangkan penyiraman dilakukan tiap hari sampai tanaman tumbuh normal. Kemudian diulang sesuai kebutuhan. Jika ada tanaman yang mati, Tarim menyarankan agar segera disulam.
Bunga kol dapat dipanen pada saat bunga sudah padat dan kompak. Caranya memotong pangkal batangnya dengan menyisakan 6–7 helai daun sebagai pembungkus bunga. Waktu pemanenan sebaiknya pada pagi hari setelah embun menguap atau sore hari sebelum embun turun.
BACA JUGA:
- Mas Dhito Serap Aspirasi Petani Organik di Kandat
- Petani Jagung di Tulungagung Temukan Pupuk Diduga Palsu
- Guna Kendalikan Hama Tanaman, Dinas Pertanian dan Perkebunan Bersama UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Lakukan Peninjauan di Kediri
Tarim menuturkan, ukuran standar berat kembang kol yang dijual di pasar sekitar 4 kg, sedangkan yang kecil 1,5 kg. Namun rata-rata bisa 2 kg untuk pengiriman luar daerah.
Soal harga, Tarim mengakui tidak pasti, naik-turun. Saat harga baik, paling mahal Rp 6 ribu/kg. Namun saat produk melimpah bisa hanya Rp 1.500/kg. Tapi diakui Tarim, petani masih mendapatkan untung, karena biaya perawatannya sekitar Rp 500-750/ batang. “Tapi kalau dijual eceran Rp 11 ribu/kg,” katanya. (*)