Blitar (Jatimsmart.id) – Kabar pengunduran diri Kasat Sabhara Polres Blitar AKP Agus Tri Susetyo dari keanggotaan Polri cukup mengejutkan. Pasalnya, pengunduran diri tersebut didasari rasa tidak betah AKP Agus dengan kepemimpinan Kapolres Blitar AKBP Ahmad Fanani Eko Prasetya yang dinilai arogan terhadap anak buahnya.
Menanggapi hal tersebut, AKBP Fanani Eko Prasetyo menyebut akar permasalahan pada pelaksanaan Operasi Yustisi Protokol Kesehatan di Kecamatan Kanigoro pada tangga 19 September. Saat operasi tersebut, Kapolres Blitar tertuju kepada salah satu personil Satuan Sabhara yang berambut panjang.
“Saat itu juga, saya bertanya Kasat Sabhara ada dimana dan dijawab ada di Kecamatan Kesamben karena saat itu ada dua lokasi Operasi Yustisi,” ujar Kapolres Blitar, AKBP Fanani Eko Prasetyo, Kamis (1/10).
“Saya tegur Kasat Shabara melalui Handy Talkie (HT), kenapa anggotamu ada yang berambut gondrong. Nah setelah teguran itu sepertinya Kasat Sabhara tidak terima dan tidak masuk dinas mulai tanggal 21 September sampai hari ini, jadi sudah dua minggu ini,” tambah Kapolres Blitar.
Lebih lanjut Ahmad Fanani mengaku, jika dirinya baru sekali menegur Kasat Sabhara. Teguran yang dilontarkan pun menurutnya masih wajar seperti disampaikan pimpinan kepada anggotanya.
“Saat itu, saya hanya mengatakan, kamu mau anggotamu jadi bencong, kok rambut panjang dibiarkan. Saya cuma seperti itu bukan memaki-maki dengan teguran keras,” tandasnya.
Berdasarkan informasi yang berkembang, selain memaki Kapolres Blitar juga dituding melakukan pembiaran terhadap judi sabung ayam di wilayah hukumnya. Atas tudingan tersebut Kapolres justru meminta agar hal tersebut ditanyakan balik ke Kasat Sabhara, kenapa membiarkan judi sabung ayam berkembang, padahal dia mengetahuinya.
“Kalau sabung ayam silahkan ditanya ke Kasat Sabhara, kenapa dia mengetahui kok dibiarkan. Berarti disini siapa yang membiarkan. Kalau saya sendiri jelas tidak tahu kalau tidak ada laporan dari anggota atau aduan dari masyarakat. Artinya dia sendiri sebagai Kasat Sabhara yang harusnya melaporkan ke saya melakukan pembiaran,” paparnya.
Terkait penanganan oleh Polda Jawa Timur, Kapolres Blitar menyebut karena yang bersangkutan berpangkat perwira.
“Intinya kalau saya dipanggil ke Polda saya siap datang. Akan saya klarifikasi dan saya akui memang saya tegur karena ada alasannya. Banyak kok yang mengetahui kejadian itu. Bahkan saat itu juga ada wartawan yang meliput operasi Yustisi yang dilaksanakan Polres Blitar,” pungkas Kapolres Blitar. (tok/jek)