Surabaya (Jatimsmart.id) – Tingkat kesejahteraan masyarakat Jatim terus meningkat, dari yang semula Rp 55,41 juta tahun 2018, kini meningkat menjadi Rp 66,38 juta pada tahun 2022 atau meningkat sebesar 10,52%.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak dalam acara Global Economy Update 2023 bertemakan “Menjaga Likuiditas dan Soliditas Perbankan Nasional di Tengah Tantangan Ekonomi Global” di Vasa Hotel Surabaya, Rabu 22 Pebruari 2023 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).
Dikatakannya, Jawa Timur disaat Pandemi Covid-19 dengan cepat melakukan pemulihan ekonomi, terbukti pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dari terkontraksi 2,33 tahun 2020, sekarang mampu tumbuh 5,34 pada 2022 dan tumbuh diatas perekonomian nasional sebagaimana kondisi sebelum adanya Covid-19.
Menurutnya, inflasi gabungan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim masih berada diatas sasaran, namun tekanan tercatat melandai. IHK di Jatim pada periode Januari 2023 tercatat sebesar 6,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2022 sebesar 6,52% (yoy) dan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 5,28% (yoy).
Kabupaten Jember mengalami inflasi tertinggi didorong peningkatan harga BBM dan kenaikan tarif PDAM. Kota Surabaya dan Kita Malang menyumbang bobot 80% perhitungan survey biaya hidup (SBH) 2018. Sehingga terjaganya inflasi di kedua daerah tersebut berkontribusi menurunkan inflasi di Jatim kurang lebih sebesar 52%.
Lebih lanjut Emil menambahkan, dukungan bantuan teknis, pendampingan serta pembiayaan, UMKM Jatim mampu membentuk ekosistem yang baik sehingga mampu bertahan dikala pandemi dan naik kelas.
Perkembangan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh koperasi da UMKM Jatim mengalami fluktuasi sebagai dampak Covid-19. Secara keseluruhan kontribusi nilai tambah koperasi dan UMKM tahun 2021 terhadap PDRB Jatim sebesar 57,81% meningkat sebesar 0,56% dibandingkan tahun 2020.
Selama lima tahun terakhir realisasi investasi di Jatim menunjukkan tren positif. Peningkatan signifikan terjadi di tahun 2022, yang meningkat 38,8 dibanding tahun 2021. Realisasi PMA meningkat sebesar 66,7%, sementara PMDN meningkat sebesar 24,5%.
Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner menambahkan, ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif di tengah penurunan kinerja ekonomi yang dialami oleh banyak negara adalah sebuah berkah. Pada kuartal III 2022 misalnya, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,72% secara tahunan. Lembaga-lembaga internasional pun memprediksi ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga 5,1% sampai 5,3% di tahun depan.
Bahkan, perwakilan International Monetary Fund (IMF) untuk Indonesia memprediksi bahwa Indonesia akan memenuhi target penurunan inflasi pada angka 3% untuk tahun 2023 di tengah ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global. Kinerja dan prediksi positif itu tentunya tak bisa dilepaskan dari sejumlah sektor ekonomi pendukung yang dimiliki oleh Indonesia.
Purbaya menjelaskan, bahwa konsumsi domestik yang besar telah meredam dampak guncangan ekonomi global terhadap perekonomian nasional. Konsumsi domestik sendiri berkontribusi sebesar 50,38% dari total PDB Indonesia. Indeks Penjualan Ritel dan Production Manufacturing Index (PMI) juga tercatat berada pada level ekspansif. (red/kjt)