Kediri – Di sudut rumah sederhana milik orang tuanya di Desa Sonorejo Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri ini, Tur Muji memproduksi kriya berbahan dasar batok kelapa dan kayu. Matanya tajam menatap setiap proses yang ia kerjakan dengan mesin penghalus yang telah di modifikasi, dari bekas pompa air tak terpakai.
Ia sendiri, berbagi ruang dengan tumpukan kayu dan peralatan untuk memproduksi entong nasi (alat untuk mengambil nasi), sendok serta mangkuk. Tur Muji tak memberi warna pada karyanya itu, ia biarkan tekstur aslinya nampak untuk menambah kesan artistik serta unik.
Sekilas, Tur Muji tak berbeda dengan orang lain pada umumnya. Ia perajin yang gigih dengan kemandiriannya. Namun tak ada yang menyangka, bahwa pria berusia 29 tahun ini merupakan penderita gangguan jiwa yang saat ini kondisinya mulai membaik. 2 tahun terakhir ia tekuni bisnis itu. Kini, omzetnya mencapai jutaan rupiah setiap bulannya.
Selain di Kediri, yang ia titip jualkan di kawasan SLG dan kios di Gereja Puhsarang, pemasaran peralatan makan miliknya yang ia hargai Rp. 2.500 ini hingga ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kini tur muji justru yang tak mampu memenuhi permintaan pasar, karena kendala tenaga dan permodalan.
“sekarang malah saya yang kewalahan memenuhi permintaan,” keluhnya, sembari mengusap debu kayu akibar penghalusan dan keringat didahinya. Kamis (24/01/2019)
Tur Muji mengaku, kemampuannya tersebut ia dapat dari Malang, saat kerabat mengajaknya untuk bekerja di sebuah pabrik rumahan, yang memproduksi karya serupa 3 tahun lalu. 6 bulan bekerja, Tur Muji pulang dan meneruskannya sendiri.
Tur Muji adalah satu dari 28 ODGJ (Orang Dengan Ganguan Jiwa) di desa tersebut yang kini mampu hidup mandiri. Sebelumnya ia merupakan penderita gangguan jiwa yang cukup parah karena faktor ekonomi keluarga. Ia pernah akan membunuh orang tuanya. Beruntung berhasil dicegah oleh warga dan kepolisian setempat .
Sunarto, pengendali program posyandu jiwa di Kecamatan Grogol mengatakan, saat ini ada perubahan yang signifikan dari Tur Muji, meski terkadang kerap kambuh dan berhalusinasi seperti yang terjadi minggu kemarin.
Namun hingga saat ini Tur Muji masih rutin memeriksakan diri ke posyandu jiwa yang didirikan pemerintah desa khusus untuk penderita ODGJ. Sunarto pun rajin mengunjunginya , untuk melihat kondisi dan memastikan bahwa obat yang diberikan oleh posyandu tersebut diminum oleh Muji.
“Sekitar empat tahun lalu, Tur Muji sempat parah sampai ingin membunuh orang tuanya. Tapi Alhamdulillah sekarang dia termasuk yang sudah mandiri. Insya Allah kalau minum obat rutin dan teratur bisa lebih baik, saya rutin mengunjunginya,” ujar Sunarto
Muji adalah gambaran sosok yang tak pernah mengeluh dengan keadaan. Ia gigih memperjuangkan nasibnya sendiri. Bahkan, Muji bercita-cita untuk membesarkan usahanya itu, dan mengajak para penderita ODGJ di desanya yang sembuh untuk berkarya bersama. (ydk/sam)